Pemerintah Indonesia baru-baru ini mengumumkan penemuan signifikan berupa potensi minyak dan gas bumi (migas) di wilayah Indonesia Barat Tahap 2 (IBB 2). Potensi ini diperkirakan mencapai lebih dari 4,3 miliar barel setara minyak (BBOE), sebuah angka yang menjanjikan bagi masa depan energi nasional.
Penemuan ini tersebar di empat cekungan utama, yaitu Cekungan Natuna Timur, Cekungan Selat Makassar, Cekungan Jawa Tenggara, dan Cekungan Barito. Keempat wilayah ini diidentifikasi memiliki cadangan migas yang dapat mendukung upaya pemerintah dalam mencapai kemandirian energi, sebuah visi yang telah dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto. Salah satu langkah penting dalam mencapai tujuan ini adalah peningkatan lifting migas, yang berarti meningkatkan jumlah migas yang dapat diproduksi dan diangkat dari perut bumi.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Djoko Siswanto, menekankan pentingnya kolaborasi dalam studi ini. “Melalui studi ini, kami menunjukkan kontribusi nyata dalam upaya menemukan cadangan migas baru melalui kegiatan eksplorasi. Studi ini merupakan hasil kolaborasi dari berbagai pihak dengan tujuan mempercepat kegiatan eksplorasi, sekaligus menciptakan lingkungan investasi hulu migas yang lebih kondusif bagi investor, baik domestik maupun internasional,” ujar Djoko, Rabu (4/12/2024).
Dalam konteks ini, perlu dicatat bahwa Pertamina, perusahaan migas milik negara, telah melaporkan pendapatan yang hampir mencapai Rp 1.000 triliun hingga Oktober. Angka ini menunjukkan potensi besar yang dapat dihasilkan dari sektor migas, terutama dengan penemuan baru ini.
Tenaga Ahli Menteri ESDM Bidang Eksplorasi dan Peningkatan Produksi Minyak dan Gas Bumi, Nanang Abdul Manaf, menjelaskan bahwa kajian untuk penemuan potensi baru migas di IBB 2 dilakukan di Natuna Timur, Selat Makassar, Jawa Tenggara, dan Barito. “Fokus dalam kajian tim adalah di Natuna Timur, Selat Makassar, Jawa Tenggara, dan Barito. Hasil dari dua area saja potensinya lebih dari 4,3 BBOE, dengan Natuna Timur menyumbang sekitar 2,8 BBOE dan Jawa Tenggara sedikitnya 1,5 BBOE. Ini belum termasuk potensi yang ada di Selat Makassar dan Barito,” jelas Nanang.
Penemuan ini tidak hanya menjanjikan dari segi ekonomi, tetapi juga strategis dalam konteks ketahanan energi nasional. Dengan cadangan migas yang melimpah, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada impor energi dan memperkuat posisi sebagai salah satu pemain utama di pasar energi global.
Penemuan potensi migas di Indonesia Barat Tahap 2 ini merupakan langkah penting menuju kemandirian energi. Dengan kolaborasi yang kuat dan fokus pada eksplorasi, Indonesia berpotensi untuk meningkatkan produksi migas dan memperkuat ekonomi nasional. Ini adalah kabar baik bagi industri migas dan seluruh rakyat Indonesia yang berharap pada masa depan energi yang lebih mandiri dan berkelanjutan.