Sebuah survei terkini dari firma hukum Haynes Boone LLC mengungkapkan bahwa bank-bank bersiap menghadapi penurunan harga minyak di bawah $60 per barel pada pertengahan masa jabatan Presiden terpilih Donald Trump, sebagaimana dilaporkan oleh Bloomberg pada hari Senin.
Survei yang melibatkan 26 bankir ini menunjukkan bahwa mereka memperkirakan harga WTI akan merosot menjadi $58,62 per barel pada tahun 2027, lebih dari $10 lebih rendah dari harga intraday $69,87 pada pukul 11.00 ET pada hari Rabu.
Trump menyatakan akan mendorong produsen shale untuk meningkatkan produksi, meskipun hal ini bisa berarti operator “menggali diri mereka sendiri hingga bangkrut.” Namun, belum jelas bagaimana Trump berencana mencapai hal ini mengingat minyak AS diproduksi oleh perusahaan independen dan bukan perusahaan minyak nasional (NOC). Presiden Upstream Exxon Mobil (NYSE:XOM), Liam Mallon, baru-baru ini menepis anggapan bahwa produsen AS akan secara dramatis meningkatkan produksi di bawah masa jabatan kedua Trump.
“Saya pikir perubahan radikal tidak mungkin terjadi karena sebagian besar, jika tidak semua, terutama fokus pada ekonomi dari apa yang mereka lakukan,” kata Mallon pekan lalu dalam sebuah konferensi di London.
Sementara itu, StanChart mencatat bahwa setelah penunjukan Scott Bessent sebagai Menteri Keuangan, sesi Institut Manhattan pada bulan Juni di mana ia berbicara dalam konferensi berjudul ‘Menuju Sisi Penawaran Baru: Masa Depan Perusahaan Bebas di Amerika Serikat’ sedang diteliti sebagai panduan potensial untuk kebijakan.
Para analis komoditas menunjukkan bahwa output minyak dan gas AS saat ini sekitar 40,7 mboe/d; output minyak dan gas AS telah tumbuh rata-rata sekitar 123 kboe/d per bulan sejak 2015, yang berarti menambah 3 mboe/d akan memakan waktu kurang dari 25 bulan.
Para ahli komoditas mencatat bahwa 41% dari peningkatan pasca-2015 berasal dari gas alam, 28% dari cairan gas alam (NGLs), dan hanya 28% dari minyak mentah. StanChart memprediksi bahwa elemen minyak mentah dari peningkatan 3 mboe/d berikutnya kemungkinan akan jauh di bawah 20%, dengan gas alam kemungkinan menjadi instrumen utama untuk memenuhi tujuan energi pemerintahan baru karena pertumbuhan output minyak mentah semakin sulit.
Baru-baru ini, Morgan Stanley memprediksi bahwa pasar gas alam AS siap memasuki siklus baru pertumbuhan permintaan berkat lonjakan ekspor LNG dan meningkatnya permintaan listrik.
Dengan berbagai faktor yang mempengaruhi pasar energi, termasuk kebijakan pemerintah dan dinamika pasar global, masa depan harga minyak dan gas tetap menjadi perhatian utama bagi para pelaku industri dan pembuat kebijakan.