Dalam lanskap industri Jerman yang sedang bertransformasi, permintaan listrik diprediksi melonjak tajam seiring upaya dekarbonisasi, meskipun ada pilihan penggunaan hidrogen secara intensif. Laporan ini disusun oleh konsorsium yang dipimpin oleh Fraunhofer Institute for Systems and Innovation Research (ISI) bersama firma konsultan Consentec, atas permintaan kementerian ekonomi dan iklim (BMWK).
Para peneliti mengeksplorasi dua skenario dekarbonisasi: satu yang didominasi oleh elektrifikasi, dan satu lagi yang berfokus pada teknologi hidrogen. Dalam skenario hidrogen, permintaan gas diproyeksikan mencapai 442 terawatt-jam (TWh) pada tahun 2045, sementara permintaan listrik meningkat 40 persen menjadi 300 TWh, dari 214 TWh pada tahun 2021. Sebaliknya, dalam skenario elektrifikasi, permintaan listrik hampir dua kali lipat menjadi 425 TWh, dengan permintaan hidrogen diperkirakan naik menjadi 201 TWh, mengingat penggunaannya dalam industri baja dan kimia, di mana elektrifikasi langsung sulit diterapkan.
“Hasil penelitian menunjukkan bahwa transformasi menuju produksi industri yang hampir netral gas rumah kaca di Jerman dapat dicapai melalui kedua jalur teknologi yang dianalisis,” demikian pernyataan dalam laporan tersebut.
Namun, baik listrik maupun hidrogen masih terlalu mahal untuk dekarbonisasi industri skala besar, ujar Tobias Fleiter dari ISI kepada newsletter Tagesspiegel Background. “Persyaratan regulasi saat ini belum memadai, dan tingkat ketidakpastian yang tinggi menghambat investasi,” tambahnya, seraya menyebutkan bahwa pengembangan pasar hidrogen masih dalam tahap awal. Fleiter menekankan bahwa elektrifikasi sudah mungkin dilakukan dalam jangka pendek, tetapi koneksi jaringan sering kali tidak memadai, dan harga listrik yang tinggi membuat banyak investasi menjadi tidak ekonomis.
Laporan tersebut mengungkapkan bahwa investasi saat ini masih jauh dari cukup untuk mencapai industri netral iklim dalam 21 tahun ke depan, dan menekankan bahwa proses produksi ramah iklim harus segera diperkenalkan. Menurut laporan tersebut, semua sektor harus mengoperasikan pabrik ramah iklim dalam skala industri pada tahun 2030, sehingga seluruh portofolio pabrik dapat dikonversi dan didekarbonisasi pada tahun 2045.