Menjelang akhir tahun lalu, pemerintah Indonesia mengumumkan lelang blok migas tahap II, menawarkan enam blok migas dengan dua mekanisme, yaitu penawaran langsung dan penawaran reguler. Langkah ini diharapkan dapat menarik minat investor dan mengoptimalkan potensi migas yang ada di tanah air.
Tumbur Parlindungan, seorang praktisi migas dan mantan Presiden Indonesia Petroleum Association (IPA), menyatakan optimisme tinggi terhadap lelang ini. Menurutnya, data awal yang disajikan pemerintah menunjukkan potensi migas yang menjanjikan. “Mudah-mudahan ada yang mengambil blok migas dan mengembangkannya. Jika sumber daya tersebut memang ada, pasti akan menarik banyak investor. Kita lihat hasilnya nanti,” ujar Tumbur kepada Dunia Energi.
Namun, Tumbur juga menekankan pentingnya tindak lanjut berupa pengeboran. “Potensinya menarik, tapi harus dibuktikan dengan pengeboran. Tanpa pengeboran, itu hanya potensi saja. Jadi, kita tunggu hasil pengeboran eksplorasinya,” tambahnya.
Pemerintah telah menetapkan jadwal lelang untuk penawaran langsung dengan batas waktu pengajuan dokumen pada 17 Januari 2025, sementara penawaran reguler memiliki batas waktu lebih panjang hingga 10 April 2025. Ada lima blok migas yang ditawarkan melalui mekanisme lelang langsung, yaitu blok Serpang, Kojo, Binaiya, Gaea, dan Gaea II. Satu blok migas dilelang secara reguler, yaitu blok Air Komering. Total potensi yang diklaim pemerintah untuk seluruh blok yang dilelang mencapai 48 miliar barel setara minyak (Barrel Oil Equivalent/BOE).
Blok Air Komering memiliki potensi cadangan minyak dan gas sebesar 307 juta barel setara minyak (MMBOE). Pelaku usaha bebas memilih skema kontrak, dengan bagi hasil cost recovery sebesar 60:40 untuk minyak dan 55:45 untuk gas. Jika menggunakan skema gross split, bagi hasilnya adalah 53:47 untuk minyak dan 51:49 untuk gas.
Lima blok lainnya dilelang melalui mekanisme langsung karena telah dilakukan joint study sebelumnya. Blok Serpang memiliki estimasi potensi cadangan sebesar 1,2 miliar barel minyak (BBO) dan potensi gas mencapai 6,3 Triliun Cubic Feet (TCF). Kontrak ditawarkan dengan skema cost recovery, dengan bagi hasil 60:40 untuk minyak dan 55:45 untuk gas.
Blok Kojo memiliki estimasi potensi cadangan sebesar 9,2 MMBO dan 2,1 TCF, dengan kontrak cost recovery dan bagi hasil yang ditawarkan 55:45 untuk minyak dan 50:50 untuk gas.
Blok Binaiya memiliki total potensi cadangan minyak 6,7 BBO dan gas 15 TCF. Kontrak cost recovery dan bagi hasil yang ditawarkan adalah 55:45 untuk minyak dan 50:50 untuk gas.
Dua blok di wilayah Papua Barat, yaitu blok Gaea dan Gaea II, memiliki potensi cadangan masing-masing 9,6 BBO dan 71,8 TCF, serta 8,5 BBO dan 35,1 TCF. Keduanya menggunakan skema cost recovery dengan bagi hasil yang ditawarkan 55:45 untuk minyak dan 50:50 untuk gas.
Lelang blok migas tahap II ini membuka peluang besar bagi Indonesia untuk mengoptimalkan potensi migasnya. Namun, tantangan utama adalah memastikan bahwa potensi ini dapat direalisasikan melalui pengeboran dan pengembangan yang efektif. Dengan langkah yang tepat, Indonesia dapat menarik lebih banyak investasi dan memperkuat posisinya di sektor energi global.