Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, secara resmi memulai pembangunan proyek pipa gas Cirebon-Semarang tahap kedua pada Senin (30/9). Proyek ini diharapkan dapat memperkuat distribusi gas bumi di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya, serta mendukung pertumbuhan ekonomi regional yang lebih dinamis.
Kementerian ESDM saat ini tengah melakukan analisis mendalam mengenai total kebutuhan nikel Indonesia untuk tahun 2025. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap rencana pengurangan jumlah bijih nikel yang boleh ditambang atau diproduksi pada tahun tersebut. Menteri Bahlil menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) dengan penyerapan di industri agar harga nikel tetap stabil dan menguntungkan.
Menurut sumber Bloomberg, produksi nikel Indonesia pada tahun 2024 diproyeksikan mencapai 272 juta ton. Namun, jumlah ini akan dipangkas menjadi hanya 150 juta ton pada 2025, mengalami penurunan sebesar 44,85%. Kebijakan ini bertujuan untuk mendongkrak harga nikel di pasar internasional dan menghindari produksi berlebihan yang dapat menyebabkan penurunan harga.
Pemerintah juga mempertimbangkan rencana ini sebagai langkah untuk menjaga cadangan nikel Indonesia yang semakin menipis. Upaya ini sejalan dengan strategi menjaga nilai ekonomis nikel dalam jangka panjang, memastikan bahwa cadangan yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan.
Bahlil sebelumnya menyatakan bahwa Indonesia memiliki hampir separuh cadangan nikel dunia, berdasarkan laporan survei Badan Geologi Amerika Serikat (USGS). “Empat bulan lalu, USGS mencatat cadangan nikel kita mencapai 40-45% dari total cadangan dunia,” ungkap Bahlil dalam acara Relawan Pengusaha Muda Nasional (Repnas) di Jakarta, Senin (14/10/24).
USGS melaporkan bahwa cadangan nikel Indonesia pada 2023 mencapai 55 juta ton, atau sekitar 42,31% dari total cadangan dunia sebesar 130 juta ton. Indonesia menjadi negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia. Selain itu, produksi tambang nikel Indonesia pada 2023 mencapai 1,8 juta ton, setara dengan 50% dari total produksi dunia yang mencapai 3,6 juta ton.
Namun, dengan cadangan yang besar ini, Indonesia menghadapi tekanan dari negara-negara lain terkait kebijakan pelarangan ekspor bijih nikel. Meskipun menuai protes, kebijakan ini telah memberikan dampak positif bagi pendapatan negara, menunjukkan bahwa langkah tersebut dapat mendukung perekonomian nasional.
Peresmian proyek pipa gas Cirebon-Semarang tahap 2 dan kajian kebutuhan nikel Indonesia untuk tahun 2025 menunjukkan komitmen pemerintah dalam mengelola sumber daya energi dan mineral secara berkelanjutan. Dengan strategi yang tepat, diharapkan Indonesia dapat memanfaatkan potensi nikel dan gas bumi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan yang diambil diharapkan dapat menjaga stabilitas harga dan memastikan bahwa sumber daya alam Indonesia dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan nasional.