Peringkat sektor minyak dan gas (migas) mengalami penurunan menjadi netral, seiring dengan revisi proyeksi harga minyak yang dipangkas menjadi US$ 75 per barel pada 2025 dan US$ 72 per barel pada 2026. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan mengenai nasib saham-saham migas, seperti PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dan PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS) di masa depan.
Analis dari BRI Danareksa Sekuritas, Timothy Wijaya dan Naura Reyhan Muchlis, mengungkapkan bahwa ada potensi surplus di pasar minyak pada 2025. Berdasarkan laporan bulanan terbaru dari International Energy Agency (IEA), permintaan minyak tahun ini diperkirakan akan tumbuh sebesar 1,1 juta barel per hari, mencapai 103,9 juta barel per hari. Angka ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada 2024 yang hanya sebesar 840 ribu barel per hari.
Pertumbuhan permintaan minyak ini terutama didorong oleh India dan langkah-langkah stimulus yang mendukung pemulihan ekonomi China. Hal ini diungkapkan oleh Timothy dan Naura dalam riset mereka, yang menyoroti pentingnya peran kedua negara tersebut dalam dinamika pasar minyak global.
Di sisi lain, IEA memperkirakan bahwa pasokan minyak tahun ini akan meningkat sebesar 1,9 juta barel per hari, mencapai 104,8 juta barel per hari. Angka ini tidak termasuk penghentian pasokan dari OPEC+, dan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pasokan pada 2024 yang hanya sebesar 630 ribu barel per hari. Dengan demikian, IEA memperkirakan pasar minyak pada 2025 akan mengalami surplus sebesar 900 ribu barel per hari, dibandingkan dengan surplus 310 ribu barel per hari pada 2024.
Pada Agustus 2024, Kementerian ESDM menerbitkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 13/2024 tentang Kontrak Bagi Hasil Gross Split. Kebijakan ini bertujuan untuk menarik lebih banyak investasi migas dengan menyederhanakan persyaratan proyek serta meningkatkan porsi gross split bagi kontraktor. Selain itu, SKK Migas telah mengumumkan 15 proyek hulu migas yang akan mulai beroperasi pada 2025, dengan potensi produksi sebanyak 191 ribu barel per hari. Upaya ini bertujuan untuk mencapai produksi migas nasional sebesar 1 juta barel per hari dan 12 miliar standar kaki kubik per hari pada 2030.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor, BRI Danareksa Sekuritas menurunkan peringkat sektor migas menjadi netral. Penurunan ini seiring dengan revisi asumsi harga minyak menjadi US$ 75 per barel dan US$ 72 per barel pada 2025 dan 2026. Ada tiga alasan utama di balik keputusan ini: ekspektasi surplus akibat lemahnya konsumsi China, ancaman tambahan pasokan dari OPEC+ mulai April 2025, dan ancaman peningkatan produksi minyak dari Amerika Serikat seiring agenda Trump untuk menurunkan biaya energi.
Timothy dan Naura menyatakan bahwa saat ini mereka lebih menyukai Wintermar Offshore Marine (WINS) dibandingkan Medco Energi Internasional (MEDC). Wintermar diperkirakan akan mengalami peningkatan utilisasi seiring dengan kenaikan permintaan eksplorasi. Sementara itu, Medco diprediksi akan menghadapi stagnasi produksi di tengah penurunan harga minyak, serta kontribusi PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) yang lebih rendah, yang dapat berdampak negatif pada laba Medco pada 2025.
BRI Danareksa Sekuritas merekomendasikan untuk membeli saham WINS, dengan target harga baru sebesar Rp 610. Selain itu, mereka juga merekomendasikan untuk membeli saham MEDC, meskipun target harga diturunkan menjadi Rp 1.400 seiring dengan asumsi harga minyak terbaru.
Dengan berbagai dinamika yang terjadi di sektor migas, investor diharapkan dapat mempertimbangkan rekomendasi dan analisis ini dalam mengambil keputusan investasi. Perubahan kebijakan, proyeksi pasar, dan kondisi ekonomi global akan terus mempengaruhi pergerakan saham di sektor ini.