Saham PT Elnusa Tbk (ELSA) saat ini dinilai undervalued, meskipun ada potensi penguatan kinerja perusahaan sepanjang tahun ini. Elnusa juga berkomitmen untuk terus membagikan dividen sebesar 40% dan memiliki rencana merger serta akuisisi (M&A) yang dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Pada tahun ini, Elnusa diproyeksikan mencatat pertumbuhan laba inti sebesar 23,8% year-on-year (yoy), setelah mengalami kenaikan 23,4% yoy pada tahun 2024. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan investasi dan aktivitas di sektor hulu minyak dan gas (migas). Menurut analisis dari Hendriko Gani, Investment Analyst di Stockbit Sekuritas, pendapatan segmen hulu migas Elnusa, yang mencakup jasa hulu migas dan jasa penunjang migas, diperkirakan akan tumbuh 10,3% yoy pada tahun 2025, setelah naik 12,8% yoy pada tahun 2024.
Pertumbuhan laba inti Elnusa juga akan didukung oleh penurunan beban bunga, seiring dengan penurunan suku bunga dan pelunasan utang sukuk. Selain itu, peningkatan penyaluran bahan bakar minyak (BBM) seiring pemulihan segmen otomotif, ekspansi organik, dan volume distribusi segmen industrial marine diharapkan dapat mendorong pertumbuhan pendapatan segmen distribusi dan logistik energi Elnusa sebesar 22% yoy pada tahun 2025, setelah mengalami penurunan 3% yoy pada tahun 2024.
Berbeda dengan produsen migas lainnya yang laba bersihnya cenderung fluktuatif mengikuti harga minyak, bisnis Elnusa lebih stabil karena bergantung pada aktivitas di hulu migas. Selama harga minyak berada pada level yang cukup tinggi dan regulasi terhadap industri migas lebih longgar, Elnusa dapat mempertahankan kinerja yang baik.
Elnusa diyakini akan konsisten membagikan dividen dengan dividend payout ratio sebesar 40% untuk tahun buku 2024 dan 2025. Kebutuhan belanja modal (capex) yang tidak terlalu besar dan neraca keuangan yang semakin kuat menjadi faktor pendukung. Menurut Hendriko, asumsi ini tergolong konservatif mengingat neraca keuangan Elnusa yang masih solid dengan arus kas bebas yang tinggi.
Secara valuasi, saham Elnusa tergolong rendah, diperdagangkan pada estimasi price-to-earnings ratio (P/E) 2025 sebesar 4,4 kali, di bawah valuasi P/E 5 kali yang dianggap wajar. Valuasi yang murah ini membatasi risiko bagi investor, sementara terdapat potensi kenaikan yang besar jika konsolidasi dengan PT Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI) terealisasi. Dengan asumsi P/E 2025 sebesar 5 kali, saham Elnusa berpotensi diperdagangkan pada level Rp 510.
Direktur Utama Elnusa, Bachtiar Soeria Atmadja, mengungkapkan bahwa pihaknya tengah menunggu keputusan dari induk usaha, PT Pertamina Hulu Energi, terkait rencana merger dan akuisisi dengan PDSI. Potensi merger atau akuisisi ini masih terbuka dan diharapkan menjadi katalis positif bagi Elnusa, terutama jika dilakukan pada valuasi maksimum P/E sebesar 6 kali. Berdasarkan data profitabilitas PDSI per 2023, merger atau akuisisi dengan PDSI berpotensi menambah laba bersih Elnusa sebesar 61,7%.
Dengan berbagai strategi dan rencana yang telah disiapkan, Elnusa berpotensi untuk terus meningkatkan kinerjanya dan memberikan nilai tambah bagi para pemegang saham. Keberhasilan dalam merealisasikan rencana merger dan akuisisi akan menjadi langkah penting dalam memperkuat posisi Elnusa di industri migas nasional.