INFOENERGI.ID – Harga minyak mentah global mengalami peningkatan tajam, mencapai puncak tertinggi dalam lima pekan terakhir. Fenomena ini terjadi setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan tarif baru yang agresif terhadap Rusia dan mengancam tindakan militer terhadap Iran. Berdasarkan data Refinitiv, harga minyak jenis Brent pada Senin (31/3/2025) meningkat 1,54% menjadi US$ 74,74 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) melonjak 3,06% ke US$ 71,48 per barel.
Kenaikan harga minyak ini dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap potensi berkurangnya pasokan minyak global. Trump mengeluarkan peringatan bahwa pembeli minyak Rusia dapat dikenakan tarif antara 25% hingga 50%, yang dapat diberlakukan sewaktu-waktu. Selain itu, Trump juga mengancam akan mengenakan tarif sekunder pada minyak Rusia jika tidak ada kesepakatan untuk menghentikan konflik di Ukraina.
Kebijakan ini menimbulkan ketidakpastian di pasar minyak, mengingat AS tidak mengimpor minyak mentah dari Rusia sejak April 2022. Namun, India kini menjadi pembeli terbesar minyak mentah Rusia, menggantikan posisi China, dengan kontribusi sekitar 35% dari total impor minyak mentah India pada 2024.
Selain Rusia, Iran juga menjadi target ancaman Trump. Dalam wawancara dengan NBC, Trump menyatakan bahwa jika Iran tidak mencapai kesepakatan nuklir, maka akan ada pengeboman yang belum pernah terjadi sebelumnya. Meskipun negosiasi masih berlangsung, ancaman tarif tidak langsung sebesar 25% terhadap Iran tetap disampaikan.
Di sisi lain, laporan EIA menunjukkan bahwa permintaan minyak mentah AS pada Januari 2025 meningkat 1,14 juta barel per hari (bph) menjadi 20,73 juta bph. Namun, produksi minyak justru menurun sekitar 305.000 bph dibandingkan Desember 2024, menjadi 13,14 juta bph, posisi terendah sejak Februari 2024.
Sementara itu, kabar baik datang dari China, di mana CNOOC, perusahaan energi milik negara, mengumumkan penemuan ladang minyak baru di Laut China Selatan. Ladang ini diperkirakan mengandung lebih dari 100 juta ton minyak mentah, setara dengan 733 juta barel. Permintaan minyak diproyeksikan akan meningkat seiring dengan pemulihan ekonomi China, yang ditandai dengan pertumbuhan aktivitas manufaktur pada Maret.
Kenaikan harga minyak mentah dunia ini mencerminkan ketidakpastian geopolitik yang dipicu oleh kebijakan tarif AS terhadap Rusia dan ancaman terhadap Iran. Meskipun ada penemuan ladang minyak baru di China, pasar minyak global tetap waspada terhadap potensi gangguan pasokan. Dengan dinamika ini, pelaku pasar diharapkan terus memantau perkembangan kebijakan internasional yang dapat mempengaruhi harga minyak di masa mendatang.