INFOENERGI.ID, Jakarta – Indonesia dan Korea Selatan telah menandatangani nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) untuk memperkuat sinergi di sektor hilirisasi industri dan energi terbarukan. Penandatanganan ini dilakukan oleh Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta W Kamdani, dan Wakil Ketua Federation of Korean Industries (FKI), Kim Chang Beom, di Jakarta pada Senin (28/4/2025).
Shinta W Kamdani menyatakan bahwa forum ini diadakan seiring dengan meningkatnya peran Korea Selatan sebagai mitra investasi strategis bagi Indonesia. Pada tahun 2024, Korea Selatan menjadi sumber Foreign Direct Investment (FDI) terbesar ketujuh bagi Indonesia. Total investasi kumulatif perusahaan-perusahaan Korea Selatan di Indonesia telah mencapai lebih dari 15,4 miliar dollar AS (sekitar Rp 270 triliun) hingga tahun 2024, dengan komitmen investasi tambahan yang akan direalisasikan mulai tahun 2025 di berbagai sektor strategis.
Forum ini bertujuan untuk memfasilitasi pencocokan struktur dan memungkinkan perencanaan investasi bersama. “Kami mendorong usaha patungan dalam industri hilir, infrastruktur, energi terbarukan, manufaktur, dan sektor lainnya. Sebagai Apindo, kami bangga berdiri tidak hanya sebagai fasilitator, tetapi juga sebagai koordinator strategis dalam membentuk agenda transformasi Indonesia,” ujar Shinta.
Dalam poin kerja sama, Indonesia tetap berkomitmen kuat untuk memperkuat iklim investasi. “Perusahaan Korea telah berinvestasi secara substansial. Hari ini kami mengundang partisipasi yang lebih dalam, terutama di sektor-sektor yang sedang berkembang,” tambah Shinta.
Indonesia juga mendorong kolaborasi yang lebih kuat melalui BPI Danantara, lembaga investasi berdaulat yang baru didirikan di Indonesia. “Danantara terbuka untuk kemitraan strategis, khususnya dalam industrialisasi hilir, energi terbarukan, dan banyak proyek lainnya. Kami berharap diskusi hari ini dapat mengeksplorasi inisiatif investasi bersama yang konkret,” jelas Shinta.
Indonesia menyadari perlunya terus meningkatkan lingkungan investasi. “Kami menegaskan komitmen kami untuk bekerja sama erat dengan pemerintah dan pemangku kepentingan untuk lebih menyederhanakan regulasi, meningkatkan transparansi, dan memastikan persaingan yang adil bagi semua investor, termasuk mitra Korea Selatan,” kata Shinta.
Indonesia memprioritaskan pengembangan ekosistem kendaraan listrik. “Indonesia memiliki sumber daya yang penting dan Korea memiliki kepemimpinan teknologi. Hari ini mari kita jajaki kemungkinan untuk itu,” ungkap Shinta.
Dengan lanskap perdagangan global yang terus berkembang, khususnya dampak dari rezim tarif baru Amerika Serikat (AS), Indonesia dan Korea Selatan akan berkolaborasi untuk memperkuat rantai pasokan dan memperluas perdagangan bilateral.
Ketua Lotte Group, Shin Dong-bin, yang turut hadir dalam acara tersebut, menyatakan akan mendorong pertumbuhan industri hilirisasi di Indonesia. “Contohnya, Hyundai Motor dan LG Energy Solution telah membentuk usaha patungan untuk membangun fasilitas produksi kendaraan listrik dan baterai sel di Indonesia. Selain itu, banyak perusahaan Korea lainnya seperti POSCO Holdings, LX International, dan EcoPro, bekerja keras membangun rantai pasok yang mencakup dari pengolahan nikel hingga produksi barang jadi,” ujarnya.
Kerja sama antara Indonesia dan Korea Selatan ini diharapkan dapat memperkuat hubungan bilateral dan mendorong pertumbuhan ekonomi di kedua negara. Dengan komitmen yang kuat dan kolaborasi yang erat, kedua negara dapat mencapai tujuan bersama dalam pengembangan industri hilir dan energi terbarukan.