Freeport-McMoRan (FCX.N) sedang mengevaluasi kemungkinan untuk mengalihkan sebagian ekspor tembaga dari Indonesia ke Amerika Serikat. Langkah ini merupakan respons terhadap kebijakan tarif impor baru sebesar 50 persen yang diumumkan oleh Presiden AS, Donald Trump. CEO Freeport, Kathleen Quirk, mengungkapkan bahwa meskipun selama ini tembaga dari Indonesia lebih banyak dijual ke pelanggan di Asia, perusahaan kini mempertimbangkan opsi pengiriman ke pasar Amerika.
Pertimbangan ini muncul karena tarif baru berpotensi memengaruhi daya saing produk tembaga di pasar global. Freeport melihat adanya peluang di tengah ketidakpastian perdagangan, terutama karena permintaan tembaga di AS tetap tinggi, terutama untuk mendukung industri teknologi dan pembangunan infrastruktur.
Meskipun pasar AS menjanjikan, Freeport juga harus memperhitungkan sejumlah tantangan seperti tingginya biaya logistik serta potensi persaingan dengan produsen lokal. Namun, permintaan yang kuat dari sektor hilir di AS memberikan potensi pasar baru yang menggiurkan bagi tembaga asal Indonesia.
Untuk memaksimalkan potensi ini, Freeport berencana mengkaji jalur distribusi dan kemitraan strategis yang dapat memperlancar pengiriman ke AS. Peningkatan efisiensi dan adaptasi terhadap dinamika pasar menjadi bagian penting dari strategi perusahaan untuk tetap kompetitif.
Ketentuan tarif impor baru dari pemerintah AS telah mendorong Freeport untuk meninjau ulang strategi ekspor mereka. Dengan mempertimbangkan pasar AS sebagai alternatif utama, Freeport menunjukkan kesiapan beradaptasi terhadap perubahan kebijakan perdagangan global demi menjaga keberlanjutan bisnisnya.