Harga minyak dunia tetap cenderung stabil meskipun Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengumumkan rencana pemberlakuan tarif baru terhadap impor dari Tiongkok. Kebijakan tersebut memicu kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global yang dapat berdampak pada menurunnya permintaan bahan bakar. Namun, pasar minyak menunjukkan pergerakan yang relatif tipis, mencerminkan ketahanan di tengah tekanan geopolitik dan ekonomi.
Mengutip laporan dari Reuters, harga minyak hanya bergerak tipis pada Jumat (1/8), setelah sebelumnya mencatat penurunan lebih dari 1 persen. Para pelaku pasar saat ini sedang mencermati dampak dari kebijakan tarif baru yang diumumkan Trump, khususnya terhadap prospek pertumbuhan ekonomi dan konsumsi energi global.
Stabilitas harga minyak juga didukung oleh sejumlah faktor penyeimbang, termasuk tingkat permintaan yang masih relatif kuat di sejumlah kawasan serta pengaturan pasokan dari negara-negara produsen utama seperti anggota OPEC dan sekutunya. Selain itu, ketegangan geopolitik dan potensi gangguan pasokan turut memberikan dorongan terhadap harga.
Meskipun ancaman tarif menambah ketidakpastian, pelaku pasar telah mengantisipasi potensi dampaknya dan menyesuaikan strategi investasi mereka. Hal ini terlihat dari minimnya fluktuasi tajam dalam harga minyak, menandakan bahwa pasar masih memandang situasi saat ini sebagai sesuatu yang dapat dikendalikan dalam jangka pendek.
Analis memproyeksikan harga minyak akan tetap berada dalam kisaran stabil untuk sementara waktu. Namun, mereka tetap mengingatkan bahwa perkembangan lebih lanjut dalam hubungan perdagangan AS-Tiongkok perlu terus dipantau karena dapat memicu reaksi pasar yang lebih signifikan di masa depan.
Meskipun pasar global tengah dihadapkan pada kekhawatiran atas dampak kebijakan proteksionis AS, harga minyak dunia belum menunjukkan pergerakan drastis. Ketahanan pasar minyak sejauh ini mencerminkan adanya keseimbangan antara permintaan, pasokan, dan ekspektasi terhadap arah kebijakan ekonomi global.