Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, melakukan kunjungan kerja ke Kota Nantong, China, guna melihat langsung progres pembangunan Floating Liquefied Natural Gas (FLNG) atau fasilitas LNG terapung di galangan kapal Wison New Energies. Fasilitas ini akan menjadi pusat pengolahan gas dari Lapangan Asap Kido Merah (AKM) di Kabupaten Fakfak, Papua Barat, yang dikelola oleh Genting Oil Kasuri.
Bahlil menjelaskan, proyek FLNG ini diproyeksikan selesai pada kuartal pertama tahun 2027 dan akan mulai beroperasi di Fakfak antara kuartal kedua hingga ketiga pada tahun yang sama. Keberadaan fasilitas ini diyakini akan menjadi salah satu tonggak penting dalam mendukung ketahanan energi nasional, sekaligus menambah kapasitas pengolahan LNG di Indonesia.
Berbeda dengan infrastruktur darat, FLNG menawarkan fleksibilitas operasional yang lebih tinggi karena mampu memproses gas langsung di lepas pantai. Hal ini diharapkan dapat mempercepat distribusi LNG ke berbagai wilayah dan memperluas peluang ekspor ke pasar internasional. Selain itu, model pengolahan terapung ini dapat mengurangi kebutuhan investasi besar untuk pembangunan fasilitas darat di daerah terpencil.
Proyek ini juga mencerminkan eratnya kemitraan strategis Indonesia dan China dalam pengembangan infrastruktur energi. Kolaborasi ini tidak hanya mencakup pembangunan fisik fasilitas, tetapi juga transfer teknologi dan penerapan standar keselamatan serta pengelolaan lingkungan yang ketat. Dengan begitu, pengoperasian FLNG nantinya diharapkan mampu meminimalkan dampak terhadap ekosistem laut di sekitar wilayah operasi.
Bahlil menegaskan, keberhasilan proyek ini akan membawa manfaat ganda. Selain memperkuat pasokan energi domestik, proyek ini juga dapat memberikan nilai tambah bagi perekonomian nasional melalui peningkatan ekspor LNG. “Kami ingin memastikan bahwa seluruh proses berjalan tepat waktu, sesuai standar internasional, dan membawa dampak positif bagi masyarakat,” ujarnya.