Perubahan iklim memengaruhi kehidupan dalam berbagai skala, mulai dari mencairnya gletser hingga perilaku serangga. Namun, di balik perubahan suhu dan cuaca yang kerap menjadi sorotan, terdapat dampak lain yang lebih tersembunyi. Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan di National Science Review mengungkap bahwa peningkatan kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer dapat mengacaukan naluri reproduksi ngengat kapas (Helicoverpa armigera).
Serangga, termasuk ngengat kapas, memegang peran penting dalam ekosistem mulai dari penyerbukan tanaman, penguraian bahan organik, hingga menjadi sumber makanan bagi spesies lain. Namun, paparan CO2 yang tinggi dapat memengaruhi metabolisme dan fisiologi mereka, sehingga mengganggu proses kawin dan menurunkan peluang berkembang biak.
Para peneliti menemukan bahwa gangguan pada reproduksi serangga seperti ngengat kapas berpotensi menimbulkan efek berantai, mulai dari terganggunya rantai makanan hingga menurunnya populasi penyerbuk. Jika dibiarkan, hal ini dapat memengaruhi keanekaragaman hayati dan mengancam ketahanan pangan manusia.
Untuk mengurangi risiko ini, para ahli menekankan perlunya langkah mitigasi, seperti pengurangan emisi CO2 melalui penggunaan energi terbarukan, efisiensi energi, serta pelestarian habitat alami serangga. Edukasi publik tentang pentingnya keberadaan serangga dalam ekosistem juga menjadi bagian penting dari upaya menjaga keseimbangan alam.
Temuan ini menjadi pengingat bahwa perubahan iklim tidak hanya berdampak pada lanskap besar yang terlihat kasat mata, tetapi juga pada makhluk kecil yang perannya sangat vital bagi keberlanjutan kehidupan di Bumi.