Kesadaran akan pentingnya keberlanjutan terus meningkat, mendorong lahirnya berbagai terobosan yang berorientasi pada lingkungan. Salah satunya adalah program Green Experience Partner, yang diperkenalkan oleh perusahaan sosial Liberty Society bekerja sama dengan LindungiHutan. Program ini hadir sebagai solusi bagi perusahaan di Indonesia yang ingin menyelenggarakan acara berkonsep berkelanjutan, bebas sampah, sekaligus mendukung pencapaian target net zero carbon.
Founder Liberty Society, Tamara Gondo, menegaskan bahwa gagasan ini muncul dari keresahan terhadap banyaknya limbah yang ditinggalkan setelah acara berskala besar. Melalui inisiatif ini, diharapkan perusahaan bisa beralih ke pendekatan yang lebih ramah lingkungan dalam setiap tahap penyelenggaraan acara.
Green Experience Partner tidak berdiri sendiri, melainkan lahir dari kolaborasi berbagai pihak. Liberty Society bersama LindungiHutan bekerja sama dengan organisasi lingkungan, penyedia teknologi, serta pemerintah untuk menyusun pedoman praktik acara berkelanjutan. Panduan tersebut akan membantu perusahaan merencanakan, mengeksekusi, hingga mengevaluasi acara dengan lebih sistematis dan minim jejak karbon.
Kolaborasi lintas sektor ini menegaskan bahwa keberlanjutan bukan hanya tanggung jawab satu pihak, melainkan hasil gotong royong yang saling melengkapi.
Teknologi menjadi tulang punggung inisiatif ini. Digitalisasi digunakan untuk menggantikan penggunaan kertas, misalnya melalui undangan digital, aplikasi komunikasi, hingga tiket elektronik. Selain itu, perusahaan juga dapat memanfaatkan perangkat lunak untuk menghitung dan memantau emisi karbon yang timbul sepanjang penyelenggaraan acara. Data ini akan membantu penyelenggara mengambil langkah korektif, seperti menyeimbangkan emisi dengan aksi penghijauan atau penghematan energi.
Pemerintah turut mendukung upaya menuju acara berkelanjutan dengan menyiapkan regulasi serta insentif bagi perusahaan yang berkomitmen mengurangi sampah dan emisi karbon. Sementara itu, peran masyarakat tidak kalah penting. Peserta dan pengunjung acara diajak untuk terlibat aktif, misalnya dengan membawa wadah minum sendiri, memilah sampah, atau menggunakan transportasi ramah lingkungan.
Keterlibatan publik menjadi kunci agar inisiatif ini tidak berhenti sebagai program formal, melainkan benar-benar terinternalisasi sebagai kebiasaan baru.
Adopsi acara bebas sampah dan karbon memang menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya terkait biaya awal untuk penerapan teknologi hijau dan sistem pengelolaan limbah yang lebih modern. Namun, dalam jangka panjang, efisiensi dari pengurangan limbah dan hemat energi justru dapat menekan biaya operasional.
Selain itu, perusahaan yang mengadopsi prinsip keberlanjutan akan memperoleh nilai tambah berupa reputasi positif di mata publik. Konsumen kini semakin memilih brand yang peduli pada lingkungan, sehingga keberlanjutan bukan sekadar kewajiban moral, melainkan juga strategi bisnis.
Program Green Experience Partner menjadi bukti nyata bagaimana sektor swasta, pemerintah, dan masyarakat dapat bersinergi menuju masa depan yang lebih hijau. Melalui inovasi teknologi, kolaborasi, dan perubahan perilaku, acara yang selama ini identik dengan timbunan sampah kini bisa berubah menjadi momentum keberlanjutan.
Dengan hadirnya inisiatif ini, diharapkan lebih banyak perusahaan di Indonesia yang terinspirasi untuk mengikuti jejak yang sama, menciptakan standar baru dalam penyelenggaraan acara, sekaligus berkontribusi nyata terhadap pencapaian target net zero carbon.