Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) swasta, khususnya milik Shell dan BP, menjadi perhatian publik. Berdasarkan pantauan lapangan di wilayah Bogor, beberapa SPBU dilaporkan tidak memiliki pasokan BBM jenis bensin dan hanya menyisakan solar (diesel). Kondisi ini memicu keresahan masyarakat sekaligus menjadi tantangan serius bagi sektor energi.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung menegaskan bahwa pemerintah tidak tinggal diam dalam menyikapi permasalahan ini. Ia menyampaikan akan segera berkoordinasi dengan Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Dirjen Migas) yang baru dilantik, Laode Sulaeman, guna mencari langkah penyelesaian yang efektif.
Kondisi kekosongan stok BBM di SPBU Shell dan BP diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor, mulai dari kendala rantai pasok global, keterbatasan distribusi, hingga tingginya permintaan yang tidak seimbang dengan pasokan. Pemerintah menilai perlu adanya investigasi mendalam agar penyebab utama dapat teridentifikasi dengan jelas.
Kelangkaan ini berdampak langsung terhadap masyarakat yang kesulitan memperoleh bensin untuk kebutuhan sehari-hari. Tidak hanya itu, sektor usaha, terutama transportasi dan logistik, juga terkena imbas berupa kenaikan biaya operasional akibat beralih ke sumber bahan bakar lain yang lebih mahal.
Sebagai upaya stabilisasi, pemerintah berencana memperkuat koordinasi dengan badan usaha penyedia BBM untuk memastikan ketersediaan di seluruh jaringan SPBU. Selain itu, strategi peningkatan pasokan dalam negeri serta percepatan impor dari negara produsen juga tengah dipertimbangkan. Infrastruktur distribusi pun akan diperbaiki agar alur penyaluran lebih merata.
Masyarakat berharap pemerintah dapat segera menemukan solusi konkret agar pasokan BBM kembali normal. Pemerintah juga diharapkan menyiapkan strategi jangka panjang sehingga kejadian kelangkaan tidak terulang. Dengan sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat, stabilitas energi nasional diharapkan tetap terjaga.