Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) merencanakan alokasi anggaran sebesar Rp 5 triliun untuk program listrik desa (Lisdes) pada tahun 2026. Anggaran ini naik dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 3,8 triliun. Program Lisdes tersebut ditujukan untuk memperluas akses listrik di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) agar masyarakat di daerah terpencil dapat menikmati pasokan energi yang memadai.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, menjelaskan bahwa usulan tambahan anggaran ini telah disampaikan langsung oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia kepada Presiden Prabowo Subianto. Anggaran tersebut akan difokuskan pada pembangunan jaringan distribusi listrik serta pengembangan pembangkit energi terbarukan seperti tenaga surya dan tenaga air, yang dinilai lebih ramah lingkungan dan cocok untuk kondisi geografis daerah 3T.
Dengan adanya tambahan anggaran, pemerintah berharap akses listrik di wilayah 3T semakin merata dan mampu mendorong peningkatan taraf hidup masyarakat. Kehadiran listrik diyakini dapat mendukung pertumbuhan usaha kecil, meningkatkan produktivitas pertanian, serta memperluas akses pendidikan dan kesehatan. Selain itu, listrik juga diharapkan menjadi daya tarik investasi di daerah-daerah terpencil, sehingga membuka lapangan kerja baru.
Meski targetnya ambisius, pemerintah mengakui masih ada tantangan yang perlu diatasi, terutama kondisi geografis wilayah 3T yang sulit dijangkau. Namun, dengan dukungan anggaran yang lebih besar serta keterlibatan masyarakat lokal, program Lisdes diyakini dapat berjalan efektif. Pemerintah menegaskan komitmennya untuk mewujudkan elektrifikasi merata di seluruh wilayah Indonesia pada 2026.