Industri semen di Indonesia terus bergerak menuju produksi rendah karbon sebagai bagian dari upaya mendukung agenda transisi energi bersih. Sepanjang 2024, sektor ini berhasil mencatat penurunan emisi sebesar 21 persen dibandingkan baseline tahun 2010. Data menunjukkan, emisi gas rumah kaca net scope 1 turun dari 724 kilogram CO2 per ton setara semen (cem-eq) pada 2010 menjadi 570 kilogram CO2/ton cem-eq pada tahun lalu.
Capaian ini tidak lepas dari penerapan berbagai inovasi dalam proses produksi. Industri semen mulai beralih menggunakan bahan bakar alternatif, meningkatkan efisiensi energi, serta mengembangkan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS). Upaya tersebut bertujuan mengurangi jejak karbon sekaligus mempersiapkan transisi menuju produksi semen hijau.
Komitmen pengurangan emisi juga diperkuat melalui kolaborasi dengan pemerintah dan mitra internasional. Dukungan regulasi, insentif, serta transfer teknologi menjadi faktor penting yang memungkinkan industri semen bergerak lebih cepat mencapai target nol karbon pada 2050.
Meskipun tantangan seperti kebutuhan investasi besar dan riset berkelanjutan masih membayangi, prospek permintaan semen hijau dinilai kian menjanjikan. Kesadaran global terhadap keberlanjutan mendorong industri untuk terus memperkuat inovasi dan efisiensi.
Dengan pencapaian dekarbonisasi sebesar 21 persen pada 2024, industri semen Indonesia menunjukkan langkah konkret menuju masa depan yang lebih berkelanjutan. Jika tren positif ini konsisten, target nol karbon pada 2050 bukan sekadar wacana, melainkan tujuan yang bisa diwujudkan.