Sepanjang 2024, kualitas air sungai di Jakarta tercatat dominan tercemar berat dan bersifat sistemik. Berdasarkan laporan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, pencemaran meluas di berbagai daerah aliran sungai (DAS), termasuk Ciliwung, Sunter, Angke, Cakung, hingga Pesanggrahan. Kajian terbaru dari Lembaga Teknologi (LEMTEK) Universitas Indonesia (UI) mencatat terdapat 11.499 sumber pencemar titik dan 7.196 sumber pencemar non-titik di sungai-sungai utama seperti Ciliwung, Cipinang, Sunter, Cideng, dan Grogol.
Limbah domestik, termasuk sampah rumah tangga, deterjen, dan produk pembersih lainnya, menjadi kontributor terbesar pencemaran sungai di Jakarta. Kurangnya pengelolaan limbah yang efektif dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga kebersihan lingkungan memperparah kondisi ini. Limbah-limbah tersebut mengalir ke sungai melalui saluran pembuangan yang tidak terkelola dengan baik, sehingga menurunkan kualitas air secara signifikan.
Pencemaran ini berdampak luas, tidak hanya pada ekosistem sungai tetapi juga kesehatan masyarakat. Air yang tercemar dapat menjadi sumber penyakit seperti diare dan infeksi kulit. Selain itu, ekosistem sungai terancam, mengurangi keanekaragaman hayati, dan merusak habitat alami flora dan fauna yang bergantung pada sungai.
Pemerintah DKI Jakarta telah meluncurkan berbagai program untuk menangani pencemaran ini, termasuk peningkatan infrastruktur pengelolaan limbah dan kampanye kesadaran lingkungan. Namun, efektivitas upaya tersebut sangat bergantung pada partisipasi aktif masyarakat.
Kesadaran masyarakat menjadi kunci dalam menurunkan pencemaran sungai. Keterlibatan aktif dalam program kebersihan, seperti gotong royong membersihkan sungai dan pengelolaan sampah rumah tangga yang baik, dapat membantu meringankan beban pencemaran. Edukasi mengenai dampak limbah domestik juga perlu diperluas agar masyarakat memahami cara sederhana mengurangi pencemarannya.
Pencemaran sungai di Jakarta merupakan masalah serius yang memerlukan tindakan segera. Limbah domestik sebagai penyebab utama harus dikelola lebih baik melalui sinergi antara pemerintah dan masyarakat. Dengan kesadaran dan partisipasi aktif, kualitas air sungai di Jakarta diharapkan dapat pulih, memberikan manfaat lebih bagi lingkungan dan kesehatan publik.