Harga minyak dunia kembali mengalami tekanan naik, dipicu oleh faktor geopolitik. Pasar global saat ini mencermati dengan cermat perkembangan terbaru di Timur Tengah setelah Israel dilaporkan melancarkan serangan terhadap pimpinan Hamas yang berada di Qatar. Ketegangan tersebut memunculkan kekhawatiran akan potensi terganggunya stabilitas kawasan sekaligus pasokan energi global.
Kondisi geopolitik yang memanas mendorong harga minyak mentah acuan, seperti Brent dan WTI, bergerak naik. Para analis menilai, sentimen ini bukan hanya karena potensi gangguan pasokan dari Timur Tengah, tetapi juga akibat spekulasi investor yang semakin berhati-hati terhadap risiko eskalasi konflik di kawasan tersebut.
Di sisi lain, pasar energi global juga terpengaruh oleh langkah politik Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Ia kembali mendesak Uni Eropa untuk menjatuhkan tarif tambahan terhadap importir utama minyak Rusia, termasuk China dan India. Tekanan kebijakan ini menambah ketidakpastian, sekaligus memperbesar peluang terjadinya gejolak harga di pasar internasional.
Kenaikan harga minyak berpotensi menimbulkan efek domino terhadap ekonomi global. Negara-negara yang bergantung pada impor energi akan menghadapi lonjakan biaya produksi, yang pada akhirnya bisa memicu inflasi dan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi. Investor kini menunggu perkembangan selanjutnya, baik dari dinamika geopolitik Timur Tengah maupun kebijakan energi negara-negara besar.
Dengan kombinasi faktor geopolitik di Timur Tengah dan tekanan kebijakan Amerika Serikat, harga minyak dunia masih berada dalam bayang-bayang ketidakpastian. Situasi ini menegaskan betapa rentannya pasar energi terhadap konflik politik global dan keputusan strategis negara adidaya.