Rusia dan China semakin serius memperkuat kerja sama energi dengan rencana pembangunan jalur pipa gas raksasa baru setelah negosiasi panjang yang kerap tersendat. Proyek ambisius ini dipandang sebagai salah satu langkah strategis yang dapat mengubah dinamika pasar energi global, khususnya LNG.
Raksasa migas Rusia, Gazprom PJSC, mengumumkan telah menandatangani memorandum hukum yang mengikat dengan China National Petroleum Corp. (CNPC) untuk pembangunan pipa Power of Siberia 2.
Meski Rusia sudah mengumumkan kesepakatan awal, pihak China sejauh ini belum memberikan konfirmasi resmi. Sejumlah isu penting seperti skema pendanaan, harga jual, dan volume penyaluran gas masih dalam tahap negosiasi. Hal ini menunjukkan bahwa meski proyek ini menjanjikan, penyelesaiannya tetap memerlukan waktu dan kompromi dari kedua belah pihak.
Jika terealisasi, Power of Siberia 2 tidak hanya akan memperdalam hubungan ekonomi Rusia-China, tetapi juga menggeser peta energi global. Rusia, yang semakin terdesak oleh sanksi Barat, akan menemukan pasar yang lebih stabil di Asia. Sementara itu, China dapat memperkuat ketahanan energinya dan mengurangi ketergantungan terhadap LNG global, yang berpotensi menekan harga di pasar internasional.
Pembangunan pipa gas Power of Siberia 2 mencerminkan semakin eratnya aliansi energi Rusia-China di tengah ketidakpastian geopolitik dunia. Meski masih menyisakan tantangan dalam hal pendanaan dan harga, proyek ini berpotensi memperkuat stabilitas energi kawasan Asia sekaligus menandai pergeseran besar dalam peta LNG global.