Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung, menyampaikan bahwa Indonesia memerlukan tambahan impor bahan bakar minyak (BBM) sebanyak 1,4 juta kiloliter (KL). Tambahan pasokan ini dibutuhkan untuk memastikan kelancaran distribusi energi, baik oleh PT Pertamina (Persero) maupun stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) swasta.
Yuliot menegaskan, angka 1,4 juta KL tersebut masih berupa data sementara. Kementerian ESDM masih meminta masing-masing badan usaha, termasuk Pertamina dan operator SPBU swasta, untuk memberikan rincian kebutuhan mereka secara lebih mendetail.
Sebagai BUMN energi, Pertamina memegang peran vital dalam menjaga ketersediaan BBM di seluruh wilayah Indonesia. Sementara itu, SPBU swasta turut berkontribusi dalam memperluas distribusi BBM, terutama di daerah dengan permintaan tinggi. Dengan adanya tambahan impor ini, diharapkan kebutuhan energi masyarakat dan industri dapat terpenuhi secara merata.
Meski impor BBM menjadi solusi jangka pendek, pemerintah tetap menekankan pentingnya strategi jangka panjang, seperti pengembangan energi terbarukan dan peningkatan efisiensi energi. Langkah ini diperlukan untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor BBM di masa depan.