Keputusan Bank Sentral AS (The Fed) untuk memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menyebabkan harga tembaga turun sesaat di bawah US$10.000 per ton. Menurut analisis, penurunan ini disebabkan oleh aksi profit taking yang dilakukan investor. Penurunan suku bunga sering kali sudah diantisipasi pasar, sehingga ketika pengumuman resmi keluar, banyak investor memilih untuk mengambil keuntungan.
Namun, pergerakan harga tembaga juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, baik yang bersifat menekan maupun mendukung.
- Dukungan untuk Kenaikan Harga:
- Gangguan Pasokan: Adanya insiden di tambang Grasberg Block Cave (GBC) milik Freeport Indonesia memicu kekhawatiran pasar akan berkurangnya pasokan tembaga global.
- Permintaan Energi Hijau: Tembaga adalah komponen kunci dalam teknologi energi terbarukan seperti kendaraan listrik, panel surya, dan turbin angin. Peningkatan permintaan dari sektor ini memberikan dukungan kuat bagi harga tembaga dalam jangka panjang.
- Kebijakan The Fed yang ‘Dovish’: Proyeksi kebijakan The Fed yang cenderung lebih lunak dalam jangka menengah akan terus melemahkan dolar AS, yang membuat harga tembaga lebih terjangkau bagi pembeli dari negara lain.
- Faktor Penekan Harga:
- Peningkatan Produksi: Produsen utama seperti Chile, yang merupakan produsen tembaga terbesar di dunia, memproyeksikan peningkatan produksi. Hal ini bisa mengimbangi kekurangan pasokan dan menekan harga.
Proyeksi Harga Tembaga
Secara keseluruhan, prospek jangka pendek untuk harga tembaga cenderung bullish atau menguat. Analis memprediksi harga tembaga berpotensi menguji level US$10.500 per ton. Jika level resisten terdekat di US$10.250 per ton tembus, harga bisa naik ke US$10.500 dan bahkan berpotensi mencapai US$10.800, US$11.000, dan US$12.000 dalam jangka menengah.
Di sisi lain, level support terdekat yang harus diwaspadai berada di kisaran US$9.800 per ton. Jika level ini tidak bertahan, harga bisa turun ke US$9.650 atau bahkan ke US$9.200 dan US$8.150 dalam skenario terburuk.
Karena peran krusialnya dalam sektor energi hijau, tembaga kini sering disebut sebagai ‘emas baru’, dengan permintaan jangka panjang yang diperkirakan akan terus solid.