PT Pertamina Patra Niaga mengonfirmasi akan mengadakan pertemuan lanjutan dengan operator SPBU swasta seperti Shell, BP, dan Vivo. Pertemuan ini bertujuan untuk membahas detail teknis penyediaan dan impor bahan bakar minyak (BBM), sejalan dengan arahan yang disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia.
Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Roberth Marchelino Verieza, menyatakan bahwa pertemuan tersebut akan fokus pada aspek teknis pasokan dan komersial, termasuk penetapan harga dan asal impor BBM. Pihak Pertamina sendiri, melalui Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra, telah menyampaikan penawaran formal kepada para operator swasta untuk merinci kesepakatan bisnis.
Sebelumnya, Menteri Bahlil mengumumkan bahwa Shell, BP, dan Vivo telah setuju untuk membeli base fuel (BBM mentah yang belum dicampur zat aditif) dari Pertamina. Skema ini bertujuan untuk memastikan ketersediaan pasokan. Pertamina akan mengimpor base fuel tersebut dan menyediakannya untuk operator swasta, yang kemudian akan mencampurnya dengan formula aditif masing-masing.
Menteri Bahlil menegaskan bahwa skema harga akan menggunakan prinsip open book agar transparan dan adil. Mengenai asal impor, ia menyatakan hal itu tidak terlalu penting, yang utama adalah pasokan BBM akan tersedia di SPBU swasta dalam waktu tujuh hari.
Direktur Utama Pertamina, Simon Mantiri, menambahkan bahwa Pertamina tidak mencari keuntungan dari skema ini. Menurutnya, kerja sama ini adalah bagian dari tugas Pertamina untuk menjaga ketahanan energi nasional. Ia berharap mekanisme business-to-business ini akan memastikan harga kepada konsumen akhir tidak berubah atau menjadi lebih mahal.