Badan Energi Internasional (IEA) mengimbau para pengambil kebijakan dan industri untuk bersinergi dalam merumuskan strategi guna memenuhi kebutuhan listrik yang kian meningkat dari pusat data. Dalam pernyataan yang dirilis usai Konferensi Global tentang Energi dan AI selama dua hari di markas besar agensi di Paris, yang dihadiri lebih dari 500 peserta dari kalangan pemerintah dan industri, disebutkan bahwa meskipun AI berperan dalam transisi energi dengan menemukan material baru, pusat data juga menjadi konsumen listrik yang signifikan.
Walaupun konsumsi listrik oleh pusat data secara keseluruhan sebagai bagian dari permintaan listrik global masih kecil, mereka dapat menimbulkan tantangan jaringan di area dengan konsentrasi tinggi. Pernyataan tersebut mencatat bahwa setiap pusat data dapat mengonsumsi listrik setara dengan 100.000 rumah tangga. Meskipun saat ini pusat data hanya menyumbang satu persen dari penggunaan listrik global, sudah ada tantangan signifikan terhadap jaringan di area dengan konsentrasi tinggi, dan permintaan diperkirakan akan terus meningkat. Sebagai contoh, di Irlandia, pusat data sudah menyumbang 20 persen dari permintaan listrik, sementara di negara bagian Virginia, AS, angkanya lebih dari 25 persen.
Konferensi IEA dihadiri oleh menteri dan pejabat pemerintah tingkat tinggi dari sekitar 25 negara, seperti Brasil, Kanada, Prancis, India, Jepang, Singapura, Inggris, dan Amerika Serikat. CEO dan eksekutif senior dari perusahaan dengan nilai pasar gabungan sebesar $15 triliun juga hadir, dengan perwakilan dari Amazon Web Services, Google, Hitachi Energy, Iberdrola, Infosys, Meta, Microsoft, NVIDIA, Schneider Electric, dan lainnya berbagi wawasan selama sesi.
“Memahami revolusi AI sangat penting untuk memahami masa depan energi,” kata Dr. Fatih Birol, Direktur Eksekutif IEA, dalam pernyataannya. “IEA, yang telah lama berada di garis depan dalam menganalisis hubungan antara digitalisasi dan energi, berada dalam posisi unik untuk memastikan bahwa peluang signifikan yang ditawarkan AI dapat dimanfaatkan sepenuhnya sambil mengatasi risiko dan tantangan yang terkait,” tambahnya, seraya menyatakan bahwa agensi akan mengeluarkan laporan khusus tentang energi dan AI yang akan diterbitkan pada musim semi 2025.
Korea, yang akan menjadi tuan rumah Pertemuan Menteri Energi APEC 2025, serta Pertemuan Menteri Energi Bersih dan Inovasi Misi, menyatakan niatnya untuk bekerja sama dengan IEA untuk memajukan diskusi kunci tentang topik ini.
Minggu depan, IEA akan meluncurkan chatbot baru berbasis AI bagi pengguna untuk menjelajahi edisi 2024 dari laporan andalan World Energy Outlook agensi. Dikembangkan bekerja sama dengan Microsoft, alat online ini “dirancang untuk menjawab pertanyaan tentang tren energi dalam bahasa percakapan alami, memungkinkan siapa pun yang penasaran dengan temuan laporan untuk dengan mudah menggali analisis dan proyeksinya.”
Dengan kolaborasi dan inovasi ini, diharapkan tantangan konsumsi listrik oleh pusat data dapat diatasi dengan lebih efektif, serta mendukung transisi energi yang lebih berkelanjutan di masa depan.