Tahun ini, saham-saham emiten minyak dan gas (migas) diperkirakan akan bergerak seiring dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), didorong oleh pertumbuhan fundamental yang kokoh. Saat ini, saham-saham migas dinilai undervalued namun tetap menawarkan dividen yang menarik bagi para investor.
Selama setahun terakhir, meskipun harga rata-rata minyak Brent mengalami penurunan sebesar 3% year-on-year (yoy), saham beberapa emiten migas justru mencatat kenaikan rata-rata sebesar 12,8%. Kenaikan ini berhasil melampaui performa IHSG yang turun 2,7%, serta mengungguli kinerja saham sektor migas yang tumbuh 10,1%.
Menurut laporan RHB Sekuritas, saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN mencatatkan performa tertinggi dengan lonjakan harga sebesar 43% selama setahun terakhir. Saham PT Elnusa Tbk (ELSA) juga menunjukkan peningkatan sebesar 11,3%. Kenaikan ini sejalan dengan pertumbuhan laba, di mana laba PGAS naik 33% yoy dan ELSA meningkat 36%.
RHB Sekuritas dalam risetnya menyatakan, “Jika momentum ini berlanjut dan perusahaan dapat mempertahankan rasio dividennya, kami melihat potensi dividend yield yang menarik. Ditambah lagi, valuasi saham yang lebih murah dibandingkan dengan industrinya.”
Tahun ini, broker efek tersebut merevisi proyeksi harga minyak Brent menjadi US$ 75 per barel dari sebelumnya US$ 80 per barel. Revisi ini dilakukan karena adanya potensi pelemahan permintaan dan peningkatan pasokan, terutama dari wilayah non-OPEC. Rata-rata harga minyak pada 2024 diperkirakan mencapai US$ 79,8 per barel, terkoreksi 3% yoy, mencerminkan pelemahan permintaan minyak meskipun suku bunga turun.
Di sisi lain, SKK Migas menargetkan 15 proyek baru pada 2025, yang diharapkan dapat menghasilkan tambahan produksi sebanyak 57,6 ribu barel minyak per hari (kbopd) dan 749,7 juta standar kaki kubik gas per hari (mmscfpd). Total output baru diproyeksikan mencapai 191,5 ribu barel setara minyak per hari (kboepd).
Di segmen hulu, Elnusa (ELSA) mencatat peningkatan laba 36% yoy sepanjang Januari-September 2024, didorong oleh segmen hulu yang melonjak 146% yoy. “Jika tren ini berlanjut, laba bersih ELSA pada 2024 dapat mencapai Rp 735 miliar atau 94% dari estimasi,” ungkap RHB Sekuritas. Dengan rasio pembayaran dividen 2023 sebesar 40%, ELSA berpotensi membagikan dividen Rp 40,5 per saham atau naik 47% yoy dengan yield 9%.
Di segmen hulu, valuasi ELSA dan Medco Energi (MEDC) masih tergolong murah dengan estimasi price-to-earnings ratio (P/E) 2025 masing-masing 4,1 kali dan 4,4 kali dibandingkan rata-rata sektor 6,7-8,4 kali, sebut RHB Sekuritas.
Di segmen midstream, PGN (PGAS) berhasil menekan beban bunga dan mencatat margin distribusi di atas target (US$ 1,8-2 per mmbtu dibandingkan target US$ 1,6-1,8 per mmbtu). Dengan rasio dividen 60%, EPS PGAS diproyeksi mencapai Rp 219, menghasilkan dividen Rp 131 per saham atau dividend yield 8%.
Sementara itu, di segmen hilir, penundaan izin tambang dan penurunan penjualan lahan menyebabkan anjloknya harga saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) sebesar 24% yoy pada 2024. Kinerja saham AKRA menjadi yang terburuk di antara perusahaan migas yang diamati RHB Sekuritas.
Dengan berbagai pertimbangan, RHB Sekuritas merevisi peringkat sektor migas menjadi netral dari sebelumnya overweight. Salah satu faktor utamanya adalah revisi proyeksi harga minyak 2025 menjadi US$ 75 per barel. Pilihan utama jatuh ke saham ELSA dengan rekomendasi buy dan target harga Rp 560. Selain itu, RHB Sekuritas juga merekomendasikan buy saham MEDC dan AKRA dengan target harga masing-masing Rp 1.900 dan Rp 1.680. Sedangkan rekomendasi saham PGAS adalah netral dengan target harga Rp 1.470.
Dengan analisis ini, investor diharapkan dapat mempertimbangkan peluang dan tantangan yang ada dalam sektor migas, serta mengambil keputusan investasi yang tepat berdasarkan data dan proyeksi yang ada.