JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengumumkan adanya lonjakan signifikan dalam lifting minyak selama dua bulan terakhir di penghujung tahun 2024. Dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta, Jumat, Bahlil menyatakan bahwa lifting minyak telah mencapai angka 600 ribu hingga 602 ribu barel per hari.
“Kami juga laporan ke teman-teman bahwa lifting kita dua bulan terakhir ini sudah naik di angka 600 ribu sampai 602 ribu barel per day. Dua bulan terakhir,” ungkap Bahlil.
Sejak dilantik sebagai Menteri ESDM oleh Presiden Joko Widodo pada Agustus 2024, Bahlil telah melakukan berbagai perubahan strategis di kementeriannya. Salah satu fokus utamanya adalah meningkatkan lifting minyak, yang sebelumnya pada September 2024 berada di kisaran 575 ribu hingga 580 ribu barel per hari.
“September (2024) itu kita melakukan penyesuaian, itu produksi kita per hari itu kurang lebih sekitar 580 ribu, 575 ribu sampai 580 ribu barel per day,” jelas Bahlil.
Bahlil optimistis bahwa target produksi minyak sebesar 605 ribu barel per hari pada tahun 2025 dapat tercapai. Ia menekankan pentingnya fokus dan upaya bersama untuk melebihi target yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
“Ya, doakan saja mudah-mudahan ini menjadi angin bagus untuk kita memasuki target di 2025,” tutur Bahlil.
Untuk mencapai target tersebut, Bahlil menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan berbagai langkah strategis yang saling menguntungkan antara Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S) dengan pemerintah. Salah satunya adalah mencari jalan tengah dalam pembagian hasil, baik melalui skema gross split maupun cost recovery.
“Termasuk pembagian pada pembagian hasil apakah dia gross split atau cost recovery. Kita cari jalan tengahnya agar teman-teman K3S bisa meningkatkan produksi,” kata Bahlil.
Dalam berbagai kesempatan, Bahlil menegaskan pentingnya peningkatan lifting minyak untuk mencapai kedaulatan energi nasional. Menurutnya, hal ini sangat krusial untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor energi.
Ia menambahkan bahwa tanpa kemampuan untuk mengatasi masalah lifting minyak, Indonesia tidak akan bisa maju menuju kedaulatan energi. Apalagi, kedaulatan energi menjadi salah satu program utama Presiden Terpilih Prabowo Subianto.
Sebagai bagian dari upaya meningkatkan lifting minyak, Bahlil menjelaskan langkah-langkah konkret yang dilakukan, termasuk mengoptimalkan sumur-sumur minyak yang ada, baik yang aktif maupun yang menganggur (idle), untuk meningkatkan produksi.
Dengan berbagai upaya yang telah dilakukan, diharapkan Indonesia dapat mencapai kedaulatan energi yang diidamkan, sekaligus memberikan kontribusi positif bagi perekonomian nasional. Keberhasilan dalam meningkatkan lifting minyak akan menjadi salah satu indikator penting dalam mewujudkan visi kedaulatan energi di masa depan.