JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan potensi Indonesia untuk membeli minyak dari Rusia setelah resmi menjadi anggota BRICS. Langkah ini dianggap sebagai peluang strategis bagi Indonesia untuk mendapatkan minyak dengan harga yang lebih kompetitif. “Ketika kita gabung dengan BRICS, kemudian ada peluang untuk kita mendapatkan minyak dari Rusia, selama itu sesuai aturan dan tidak ada persoalan, kenapa tidak?” ujar Bahlil, Sabtu (11/1).
Selama ini, Indonesia mengimpor minyak dari Timur Tengah. Namun, Bahlil tidak menutup kemungkinan bahwa minyak yang diimpor tersebut bisa saja berasal dari Rusia. “Jujur-jujur saja. Selama ini kita impor minyak dari Timur Tengah. Mungkin saja, mungkin saja, asalnya mungkin dari sana (Rusia). Tapi, belum pasti, ya,” tambahnya. Pernyataan ini menunjukkan keterbukaan Indonesia terhadap berbagai sumber energi yang dapat menguntungkan negara.
Bahlil menegaskan bahwa langkah ini sejalan dengan asas politik bebas aktif yang dianut oleh Indonesia. Berdasarkan asas tersebut, Indonesia tidak memiliki hambatan untuk mengambil langkah yang menguntungkan negara, termasuk bergabung dengan BRICS maupun OECD. BRICS sendiri adalah blok ekonomi yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan, yang mencakup lebih dari 40 persen populasi dunia, termasuk negara-negara emerging market di Timur Tengah.
Pada Senin (6/1), Brasil sebagai pemegang presidensi BRICS tahun ini mengumumkan bahwa Indonesia telah resmi menjadi anggota organisasi internasional tersebut. Keanggotaan ini membuka peluang bagi Indonesia untuk mengakses minyak Rusia dengan harga yang lebih murah. Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan bahwa pihaknya masih menimbang untung-rugi dari memasok minyak Rusia. “Sepanjang itu menguntungkan Republik Indonesia, bisa kita bicarakan. Kalau kita dapat lebih murah 20 dolar AS atau 22 dolar AS, kenapa tidak?” kata Luhut dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (9/1).
Bergabungnya Indonesia dengan BRICS diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomi yang signifikan, terutama dalam sektor energi. Dengan akses yang lebih mudah ke minyak Rusia, Indonesia dapat mengurangi biaya impor minyak dan meningkatkan ketahanan energi nasional. Selain itu, kerja sama ini juga dapat membuka peluang investasi dan perdagangan yang lebih luas dengan negara-negara anggota BRICS lainnya.
Keputusan Indonesia untuk mempertimbangkan pembelian minyak dari Rusia setelah bergabung dengan BRICS menunjukkan langkah strategis dalam memperkuat ketahanan energi nasional. Dengan memanfaatkan peluang yang ada, Indonesia dapat meningkatkan daya saingnya di pasar global dan memperkuat posisi dalam industri energi internasional. Keberhasilan dalam menjalankan strategi ini akan menjadi tonggak penting dalam mewujudkan kemandirian energi dan pembangunan berkelanjutan di Indonesia.