JAKARTA — PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC), perusahaan energi yang dimiliki oleh keluarga Panigoro, telah menetapkan panduan produksi migas yang moderat untuk tahun ini, dengan target penjualan listrik yang lebih tinggi. MEDC menargetkan produksi migas antara 145 hingga 150 juta barrel oil equivalent per day (mboepd), yang sejalan dengan panduan tahun lalu di kisaran 145 mboepd. Sementara itu, penjualan listrik ditargetkan mencapai 4.500 gigawatt per hour (GWh), lebih tinggi dari panduan tahun 2024 sebesar 4.100 GWh.
Anthony Mathias, CFO MEDC, menyatakan bahwa perusahaan berfokus pada monetisasi cadangan yang ada dan peningkatan cadangan melalui proyek-proyek strategis. Beberapa inisiatif yang dilakukan termasuk pengembangan Lapangan Forel dan Terubuk di Blok Natuna, Lapangan Sumpal di Corridor, serta pengeboran sumur produksi di Blok 60 Oman. Biaya produksi migas pada 2025 dipatok di bawah US$10 per barrel oil equivalent (boe), sejalan dengan panduan tahun lalu yang mencapai US$7,7/boe selama sembilan bulan pertama 2024.
Dalam pengembangan portofolio ketenagalistrikan, MEDC tengah menyelesaikan proyek panas bumi Ijen dengan kapasitas 110 megawatt (MW). Selain itu, perusahaan juga merampungkan ekspansi pembangkit listrik Batam ELB menjadi Combined Cycle Power Plant (CCPP) dari 70 MW menjadi 109 MW, serta melanjutkan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya 25 MWp di Bali Timur. Sepanjang sembilan bulan 2024, MEDC telah merealisasikan penjualan listrik sebesar 2.961 GWh.
Untuk tahun 2025, MEDC mengalokasikan belanja modal migas sebesar US$400 juta, lebih tinggi dari anggaran 2024 sebesar US$350 juta. Namun, belanja modal untuk ketenagalistrikan disiapkan sebesar US$30 juta, lebih rendah dari US$80 juta pada 2024. Berdasarkan laporan keuangan yang berakhir 30 September 2024, MEDC mencatat laba bersih sebesar US$273,27 juta atau sekitar Rp4,29 triliun, naik 12,7% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Kontribusi laba bersih dari PT Amman Mineral International Tbk. (AMMN) untuk MEDC mencapai US$129 juta atau sekitar Rp2,02 triliun, lebih tinggi dari pencatatan tahun sebelumnya sebesar US$116 juta.
Sepanjang periode tersebut, MEDC menghimpun pendapatan sebesar US$1,78 miliar, naik 6,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, beban pokok pendapatan juga mengalami kenaikan ke level US$1,1 miliar dari pencatatan tahun sebelumnya sebesar US$937,09 juta. Akibatnya, laba kotor Medco menurun ke level US$679,61 juta, lebih rendah 7,2% dari periode yang sama tahun sebelumnya di level US$732,71 juta.
Sebagian besar belanja modal sebesar US$300 juta dialokasikan untuk pengembangan baru di Blok Migas Natuna, Corridor, Oman 69, dan PLTP Ijen. Investasi ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi dan mendukung pertumbuhan jangka panjang perusahaan.
Dengan strategi yang terencana dan fokus pada pengembangan proyek strategis, MEDC optimis dapat mencapai target produksi dan penjualan yang telah ditetapkan, serta memberikan nilai tambah bagi para pemegang saham. Keberhasilan dalam merealisasikan proyek-proyek ini akan memperkuat posisi MEDC sebagai salah satu pemain utama di industri energi nasional.