Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengundang Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) minyak dan gas, baik dari dalam negeri maupun mancanegara, untuk turut serta dalam industri penyimpanan karbon atau Carbon Capture and Storage (CCS). Indonesia dikenal memiliki potensi penyimpanan karbon terbesar di kawasan Asia Pasifik, dengan kapasitas mencapai 572,77 gigaton untuk akuifer asin dan 4,85 gigaton di reservoir yang telah habis.
Pendekatan Energi Hijau dan Industri Berkelanjutan
Dalam acara Konvensi dan Pameran Indonesian Petroleum Association (IPA Convex) ke-49 yang berlangsung di ICE BSD Tangerang pada Rabu (21/5), Bahlil menekankan pentingnya pendekatan energi hijau dan industri berkelanjutan dalam pembangunan industrialisasi global saat ini. “Salah satu cara untuk mewujudkannya adalah dengan menangkap karbon, khususnya CO2,” ujar Bahlil.
Komitmen Pemerintah dalam Mendorong Investasi
Bahlil juga menegaskan komitmen pemerintah dalam memberikan kemudahan bagi para investor untuk menciptakan iklim investasi yang lebih menarik dan kondusif bagi pengembangan industri strategis di masa depan. Sebagai langkah nyata, pemerintah telah menyelesaikan regulasi pendukung dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP) dan Peraturan Menteri ESDM (Permen).
“Regulasi sudah kami siapkan dan saya mengundang Anda semua untuk berpartisipasi. Semakin cepat, semakin baik. Kami memberikan sedikit insentif. Namun, jika Anda menunggu hingga booming, insentif tersebut tidak akan sebaik sekarang,” tegas Bahlil.
Izin dan Studi CCS di Berbagai Wilayah Indonesia
Sejak tahun 2021 hingga 2024, pemerintah telah mengeluarkan 30 izin pemanfaatan data kepada 12 kontraktor untuk mendukung pelaksanaan studi Carbon Capture and Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS) di berbagai wilayah Indonesia. Studi ini mencakup 19 lokasi strategis, termasuk Lapangan Arun, Corridor, Sakakemang, Betung, Ramba, Asri Basin, ONWJ, Jatibarang, Gundih, Sukowati, Abadi, CSB, Gemah, South Natuna Sea Block B, Kalimantan Timur, Refinery Unit V Balikpapan, Blue Ammonia, Donggi Matindok, serta Lapangan Tangguh di Bintuni, Papua.
Teknologi CCS dan CCUS: Solusi Penyimpanan dan Pemanfaatan CO2
Sebagai informasi, teknologi CCS digunakan untuk menangkap karbondioksida (CO2) dari sumber emisi, kemudian diangkut dan disimpan di lokasi penyimpanan jangka panjang, seperti di bawah tanah. Sementara itu, CCUS merupakan pengembangan dari CCS yang tidak hanya menyimpan CO2, tetapi juga memanfaatkannya sebagai sumber daya baru.
Dengan potensi besar yang dimiliki Indonesia dalam penyimpanan karbon, diharapkan langkah ini dapat menjadi solusi efektif dalam mengurangi emisi karbon dan mendukung transisi menuju energi bersih. Pemerintah terus berupaya menciptakan lingkungan investasi yang kondusif untuk menarik lebih banyak partisipasi dari berbagai pihak dalam pengembangan teknologi ini.