Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki potensi besar dalam pengembangan energi baru terbarukan (EBT). Meski demikian, realisasi pengembangan pembangkit listrik berbasis EBT masih menghadapi berbagai hambatan. Kementerian Investasi dan Hilirisasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebutkan, salah satu tantangan utama adalah minimnya permintaan terhadap sumber energi bersih di dalam negeri.
Indonesia dianugerahi berbagai sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk EBT, seperti tenaga surya, angin, air, dan biomassa. Potensi ini memberi peluang besar untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil sekaligus menekan emisi karbon. Namun, untuk mengoptimalkannya, dibutuhkan strategi matang, komitmen kuat, serta dukungan dari berbagai pihak.
Menurut Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal BKPM, Nurul Ichwan, rendahnya permintaan energi bersih di pasar domestik menjadi salah satu penghambat pengembangan EBT. Di sisi lain, keterbatasan infrastruktur di sejumlah wilayah membuat akses listrik belum merata. Kondisi ini memerlukan investasi besar, yang sayangnya sering dianggap berisiko tinggi oleh investor. Untuk itu, insentif dan kebijakan yang mendorong minat investasi menjadi krusial.
Pemerintah telah menetapkan target ambisius untuk meningkatkan porsi EBT dalam bauran energi nasional. Namun, pelaksanaan kebijakan kerap tersendat akibat birokrasi dan kurangnya koordinasi antar instansi. Regulasi yang lebih konsisten, terintegrasi, dan berpihak pada pengembangan EBT sangat dibutuhkan.
Kemajuan teknologi berperan penting dalam meningkatkan efisiensi dan menurunkan biaya produksi energi terbarukan. Kendati demikian, adopsi teknologi modern kerap terkendala oleh keterbatasan pengetahuan dan keterampilan teknis di tingkat lokal. Pelatihan, riset, dan transfer teknologi menjadi langkah strategis untuk mempercepat pengembangan EBT.
EBT di Indonesia memiliki peluang besar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan mengurangi dampak perubahan iklim. Namun, keberhasilan ini memerlukan kerja sama erat antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Dengan mengatasi tantangan permintaan, investasi, dan infrastruktur, Indonesia berpotensi menjadi pemimpin pengembangan energi terbarukan di Asia Tenggara.