Plastik telah lama menjadi salah satu sumber pencemar terbesar di dunia. Bahan ini digunakan luas dalam kehidupan sehari-hari, namun membutuhkan ratusan tahun untuk terurai. Selama proses itu, plastik mencemari tanah, air, dan udara, bahkan menghasilkan mikroplastik yang kini ditemukan di lautan, tanah, hingga tubuh manusia.
Menurut penelitian terbaru yang dilakukan oleh konsultan lingkungan Eunomia bersama Quaker United Nations Office (QUNO), pemerintah di seluruh dunia pada tahun lalu telah menggelontorkan subsidi sekitar 80 miliar dolar AS untuk industri plastik primer. Jika rencana ekspansi industri tetap berjalan, angka tersebut diproyeksikan melonjak hingga 150 miliar dolar AS pada tahun 2050.
Kajian ini mencakup produksi polimer di lebih dari 70 negara, dengan fokus pada tujuh jenis material plastik yang paling umum digunakan: HDPE, LDPE, LLDPE, polypropylene (PP), PET, PVC, dan polystyrene (PS). Temuan ini menyoroti skala besar dukungan finansial yang masih diberikan pada industri yang berkontribusi besar terhadap polusi global.
Subsidi besar terhadap industri plastik masih dipertahankan karena beberapa alasan. Industri ini dianggap penting bagi perekonomian global, menyediakan lapangan kerja, dan menghasilkan produk yang dianggap vital, mulai dari kemasan makanan hingga peralatan medis. Selain itu, permintaan plastik yang terus tumbuh mendorong industri untuk mempertahankan, bahkan memperluas kapasitas produksinya.
Kondisi ini menjadi dilema besar bagi pemerintah. Di satu sisi, ada tuntutan untuk mengurangi penggunaan plastik demi mengurangi polusi. Di sisi lain, tekanan ekonomi dan politik membuat upaya pembatasan menjadi sulit. Keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan menjadi kunci yang sulit dicapai.
Pakar lingkungan menekankan perlunya investasi besar dalam riset bahan alternatif yang lebih ramah lingkungan. Edukasi publik tentang dampak plastik dan kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat juga menjadi faktor penting. Kebijakan yang mendorong transisi menuju ekonomi sirkular dinilai krusial untuk mengurangi ketergantungan pada plastik.
Prediksi kenaikan subsidi plastik hingga 150 miliar dolar AS pada 2050 menjadi peringatan keras bagi dunia. Tanpa langkah tegas dan terkoordinasi, subsidi ini akan memperkuat ketergantungan global pada plastik sekaligus memperburuk krisis lingkungan yang sudah mengkhawatirkan.