Pemerintah Indonesia terus mendorong pemanfaatan energi terbarukan, khususnya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap. Sebelumnya, ditargetkan kapasitas PLTS atap dapat mencapai 1 gigawatt (GW). Namun, hingga akhir 2024, kapasitas terpasang PLTS di Indonesia masih berada di bawah angka tersebut.
Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, Andriah Feby Misna, menyampaikan bahwa kapasitas terpasang PLTS atap per Juli 2025 baru mencapai 538 megawatt peak (MWp) dengan total 10.882 pelanggan PLN. Sementara itu, berdasarkan Keputusan Menteri ESDM, target kumulatif kapasitas PLTS atap hingga 2028 ditetapkan sebesar 2 GW.
PLTS atap memiliki peran penting dalam mendukung transisi energi Indonesia. Dengan memanfaatkan potensi energi surya yang melimpah, PLTS atap dapat menjadi sumber listrik bagi rumah tangga maupun industri sekaligus menekan ketergantungan pada energi fosil serta menurunkan emisi karbon.
Meski peluangnya besar, pengembangan PLTS atap masih menghadapi kendala, terutama biaya investasi awal yang relatif tinggi. Namun, adanya insentif pemerintah, kemudahan perizinan, serta tren penurunan harga teknologi surya diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat dan dunia usaha untuk beralih ke energi bersih.
Capaian kapasitas PLTS atap yang saat ini masih jauh dari target menunjukkan perlunya percepatan dan dukungan lebih luas. Dengan rencana total kuota kapasitas 2 GW pada 2028, pengembangan PLTS atap diharapkan menjadi bagian integral dari sistem energi nasional, memberikan manfaat ekonomi sekaligus mendukung komitmen Indonesia menuju ketahanan energi dan pembangunan berkelanjutan.