Indonesia kini mulai memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan energi domestik, tetapi juga sebagai komoditas ekspor energi bersih. Salah satu inisiatif besar adalah proyek ekspor listrik energi terbarukan sebesar 3,4 gigawatt (GW) ke Singapura, yang dinilai mampu memperkuat rantai pasok nasional sekaligus meningkatkan daya saing industri dalam negeri.
Ekspor PLTS ini berpotensi memberi dampak positif bagi produsen lokal, karena meningkatnya permintaan mendorong kapasitas produksi, kualitas produk, dan pembukaan lapangan kerja baru. Selain itu, industri pendukung seperti manufaktur komponen, logistik, hingga jasa teknis juga akan terdorong berkembang.
Analis Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Institute for Essential Services Reform (IESR), Alvin Putra Sisdwinugraha, menjelaskan bahwa sebagian besar proyek ekspor listrik ini dapat memanfaatkan komponen dalam negeri dengan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) mencapai 60 persen. Dengan begitu, ekosistem industri energi surya di Indonesia akan semakin kuat dan berkelanjutan.
Meski peluangnya besar, ekspor PLTS juga menghadapi tantangan, termasuk persaingan dengan negara lain yang lebih dulu mengembangkan industri energi terbarukan. Untuk itu, peningkatan kualitas produk, inovasi teknologi, serta dukungan kebijakan dan insentif dari pemerintah menjadi kunci.
Secara keseluruhan, ekspor PLTS ke Singapura dapat menjadi langkah strategis Indonesia dalam memperluas pasar energi terbarukan, memperkuat industri lokal, serta berkontribusi pada agenda global penurunan emisi karbon.