Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) mendorong rumah sakit di berbagai daerah untuk berperan aktif dalam upaya mitigasi krisis iklim. Direktur Adaptasi Perubahan Iklim KLH, Franky Zamzani, menegaskan bahwa sektor kesehatan memiliki kontribusi besar dalam mengurangi emisi. “Kalau bicara mitigasi, misalnya rumah sakitnya menggunakan energi dari panel surya. Atau, limbah dikelola supaya tidak menghasilkan gas rumah kaca,” ujarnya.
Franky menambahkan, limbah medis yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber pencemar serius. Mulai dari jarum suntik, perban bekas, hingga obat-obatan kadaluarsa bisa merusak tanah, air, bahkan udara. Proses pembakaran limbah medis yang tidak sesuai standar juga berpotensi meningkatkan emisi gas rumah kaca (GRK) dan memperparah pemanasan global.
KLH meminta rumah sakit menerapkan sistem pengelolaan limbah yang sesuai standar, seperti pemisahan limbah berdasarkan jenisnya, penggunaan teknologi ramah lingkungan, serta peningkatan kapasitas tenaga medis melalui pelatihan. Upaya ini diharapkan dapat menekan potensi pencemaran dan membantu Indonesia mencapai target penurunan emisi.
Selain rumah sakit, KLH juga mendorong kerja sama dengan pemerintah daerah serta perusahaan pengelola limbah untuk memastikan setiap tahapan pengolahan sesuai regulasi. Franky menekankan bahwa masyarakat juga perlu memiliki kesadaran akan bahaya limbah medis agar dapat mendukung upaya pengelolaan yang lebih baik.
Melalui kolaborasi lintas sektor, pengelolaan limbah medis yang tepat dapat membantu menekan emisi GRK sekaligus menciptakan lingkungan yang lebih sehat. KLH menegaskan komitmennya untuk terus memantau dan memperkuat peran rumah sakit dalam menghadapi tantangan krisis iklim.