PT Timah (TINS) melaporkan penurunan signifikan pada produksi dan penjualan timah sepanjang semester I-2025. Produksi bijih timah anjlok 32% menjadi 6.997 ton, sementara produksi logam timah turun 29% menjadi 6.870 metrik ton. Penjualan logam timah juga terkoreksi 28% menjadi 5.983 metrik ton.
Direktur Operasi dan Produksi TINS, Nur Adi Kuncoro, menjelaskan bahwa penurunan ini disebabkan oleh dua faktor utama:
- Penurunan jumlah alat produksi, terutama kapal isap.
- Intensitas cuaca buruk yang lebih lama di tahun 2025 dibandingkan tahun sebelumnya.
Selain itu, ada beberapa lokasi penambangan di Laut Belitung, Bangka Tengah, dan Bangka Selatan yang belum bisa dioperasikan.
Meskipun volume produksi dan penjualan menurun, harga jual rata-rata logam timah justru naik 8% menjadi US$32.816 per metrik ton.
Secara finansial, pendapatan TINS turun 19% menjadi Rp4,2 triliun. Perusahaan mencatatkan laba sebesar Rp300 miliar, yang merupakan penurunan 31% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Target dan Distribusi
Untuk tahun 2025, TINS menargetkan produksi bijih timah sebesar 21.500 ton, produksi logam timah 21.545 metrik ton, dan penjualan logam timah 19.065 metrik ton.
Pada kuartal pertama, penjualan logam timah didominasi oleh ekspor sebesar 91%, dengan enam negara tujuan utama: Korea Selatan, Jepang, Singapura, Belanda, India, dan Tiongkok.