
JAKARTA – Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, pemerintah menunjukkan dedikasi yang kuat terhadap swasembada energi dengan memprioritaskan pengembangan industri hulu minyak dan gas (migas) nasional. Langkah ini dianggap sebagai bagian dari strategi untuk mencapai ketahanan energi yang berkelanjutan.
Bahlil Lahadalia, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menekankan pentingnya memperkuat industri hulu migas dengan memanfaatkan sumber daya energi Indonesia yang belum sepenuhnya dioptimalkan. “Kami berkomitmen untuk memperkuat sektor ini agar dapat mendukung ketahanan energi nasional,” ujar Bahlil dalam sebuah pernyataan pada 13 November.
Peran SKK Migas dalam Mendukung Ketahanan Energi
Menurut Bahlil, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) sebagai perpanjangan tangan pemerintah diharapkan dapat bersikap akomodatif dan responsif terhadap tantangan yang ada. “SKK Migas harus mampu menyesuaikan diri dengan tantangan saat ini dan masa depan untuk mewujudkan swasembada energi,” tambahnya.
Bahlil juga menyoroti pentingnya optimalisasi kinerja sumur-sumur eksplorasi melalui intervensi teknologi dan peningkatan investasi. Ia berencana memanfaatkan kembali sumur-sumur tua (idle) agar dapat kembali menghasilkan migas untuk kebutuhan dalam negeri. “Kita harus mengoptimalkan sumur-sumur kita, baik yang mau dieksplorasi maupun yang sudah selesai dieksplorasi,” tegasnya.
Pentingnya Investasi di Sektor Hulu Migas
Tumbur Parlindungan, seorang praktisi dan pengamat migas, menekankan bahwa swasembada energi harus sejalan dengan peningkatan investasi di sektor hulu migas. “Pemerintah perlu membuka akses investasi yang menarik bagi para investor untuk masuk ke sektor ini,” kata Tumbur.
Ia menambahkan bahwa kebutuhan akan bahan bakar fosil masih sangat tinggi, mencapai lebih dari 85 persen. Oleh karena itu, investasi di sektor hulu migas sangat diperlukan untuk meningkatkan lifting. “Kita memiliki sumber daya yang sangat menarik, dan faktor non-resources seperti birokrasi harus mendukung,” jelasnya.
Kolaborasi Antar Kementerian dan Kebijakan Pro Industri
Untuk menciptakan iklim investasi yang menarik, Tumbur menekankan pentingnya kolaborasi antar kementerian dan lembaga dalam membuat kebijakan yang pro industri. “Diharapkan tidak ada lagi aturan yang tumpang tindih ke depannya,” ujarnya.
Ia juga menyoroti wacana transisi energi, di mana pemberdayaan energi baru terbarukan (EBT) masih sulit diimplementasikan. “Energi fosil seperti minyak dan gas masih relevan untuk memenuhi kebutuhan energi saat ini,” tambah Tumbur.
Kesempatan Memaksimalkan Potensi Migas
Tumbur menegaskan bahwa meskipun banyak negara ingin mengimplementasikan renewable energy, kenyataannya mereka kembali memanfaatkan energi fosil. “Ini adalah kesempatan kita untuk memaksimalkan potensi migas dalam negeri. Tidak ada opsi lain selain menarik investor,” tutupnya.
Dengan langkah-langkah strategis ini, pemerintahan Prabowo-Gibran menunjukkan komitmen kuat dalam mendukung swasembada energi dan penguatan industri hulu migas sebagai bagian dari upaya mencapai ketahanan energi nasional.