Di benua Afrika yang kaya akan potensi energi terbarukan, Ethiopia dan Kenya berdiri sebagai teladan dalam pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan. Ethiopia, dengan Bendungan Renaisans Ethiopia Besar, memproduksi seluruh energi jaringannya dari sumber terbarukan, menjadikannya pembangkit listrik tenaga air terbesar di benua ini. Sementara itu, Kenya, dengan fasilitas panas bumi terbesar di dunia di Olkaria, mendapatkan sekitar 90 persen listriknya dari energi terbarukan.
Namun, meskipun potensi energi terbarukan sangat besar, ketergantungan pada sumber ini tidak selalu tanpa tantangan. Produksi listrik sering kali tidak dapat disesuaikan dengan kebutuhan, terutama saat kekeringan mengancam pembangkit listrik tenaga air. Selain itu, penyimpanan energi terbarukan masih menjadi tantangan yang harus diatasi. Untuk menjawab permasalahan ini, Jalan Listrik Ethiopia-Kenya hadir sebagai solusi inovatif.
Infrastruktur besar ini, yang resmi dibuka tahun lalu setelah sepuluh tahun pengerjaan dan investasi sebesar USD1,2 miliar, memungkinkan aliran listrik otomatis melintasi perbatasan. Ketika satu negara membutuhkan lebih banyak listrik untuk jaringan nasionalnya dan negara lain memiliki kelebihan, jalur transmisi sepanjang 650 mil ini memastikan pasokan listrik dapat memenuhi permintaan.
Baru-baru ini, koneksi antara Kenya dan Tanzania mulai beroperasi, memungkinkan aliran listrik melintasi perbatasan tersebut. Ini merupakan langkah penting dalam memperluas jaringan energi di kawasan ini, meningkatkan stabilitas dan keandalan pasokan listrik.
Jalan Listrik Ethiopia-Kenya dan koneksi Kenya-Tanzania adalah contoh nyata dari upaya kolaboratif untuk mengatasi tantangan energi terbarukan di Afrika. Dengan infrastruktur yang kuat dan investasi yang tepat, negara-negara ini dapat memastikan pasokan energi yang stabil dan berkelanjutan, mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Inisiatif ini juga menunjukkan potensi besar Afrika dalam memimpin transisi energi hijau di masa depan.