Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan komitmennya untuk mengurangi emisi karbon dari sektor ketenagalistrikan, khususnya dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batu bara. Salah satu langkah konkret yang ia dorong adalah penerapan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) sebagai solusi inovatif.
Menurut Bahlil, Indonesia yang kaya akan sumber daya batu bara tetap perlu memanfaatkannya sebagai bagian dari bauran energi nasional. Namun, hal itu harus dilakukan secara bertanggung jawab dengan mengurangi dampak lingkungan. Teknologi CCS dinilai mampu menangkap dan menyimpan emisi karbon yang dihasilkan PLTU, sehingga mengurangi jejak karbon secara signifikan.
Bahlil juga menegaskan bahwa pengembangan dan penerapan teknologi bersih seperti CCS merupakan bagian dari strategi transisi energi yang realistis dan bertahap. Pemerintah mendukung pengembangan teknologi ini, termasuk membuka peluang investasi bagi pihak swasta yang ingin berkontribusi dalam pengembangan energi yang lebih ramah lingkungan.
Meskipun tantangan dalam implementasi teknologi tersebut tidak sedikit, Bahlil optimis bahwa melalui kolaborasi antara pemerintah, sektor industri, dan akademisi, CCS dapat menjadi solusi jangka panjang untuk mengurangi emisi sambil menjaga ketahanan energi nasional.
Dorongan Bahlil Lahadalia untuk mengintegrasikan teknologi CCS dalam operasional PLTU batu bara mencerminkan pendekatan realistis dalam transisi energi. Dengan memanfaatkan kekayaan batu bara secara lebih bersih, Indonesia diharapkan dapat menjaga keseimbangan antara kebutuhan energi dan komitmen terhadap kelestarian lingkungan.