Emisi metana (CH₄) yang “tersembunyi” dari tambang batu bara Australia diperkirakan memperburuk dampak iklim jangka pendek sekaligus meningkatkan jejak karbon industri baja dunia. Laporan terbaru lembaga riset energi Ember mengungkapkan bahwa gas rumah kaca (GRK) yang selama ini tidak dilaporkan dari tambang batu bara Australia berpotensi menambah 6–15 persen emisi dari produsen baja besar seperti ArcelorMittal, Nippon Steel, dan POSCO.
Kenaikan emisi tersebut terjadi karena banyak perusahaan baja masih mengabaikan metana yang terkandung dalam pasokan batu bara mereka. Padahal, metana dikenal memiliki potensi pemanasan global yang jauh lebih besar daripada karbon dioksida. Jika dilepaskan tanpa pengelolaan, gas ini dapat memperburuk krisis iklim sekaligus menambah beban emisi pada industri baja yang sudah menjadi salah satu penyumbang emisi terbesar di dunia.
Sebagai pengekspor batu bara kokas terbesar dunia, Australia kini menjadi sorotan utama. Ember memperkirakan pada 2024 saja, tambang batu bara di negara tersebut melepaskan 867 kiloton metana—lebih tinggi dibandingkan gabungan seluruh sektor minyak dan gas Australia. Dengan intensitas 3–5 ton metana per kiloton batu bara, emisi tersembunyi ini diproyeksikan menambah 10–17 persen dampak iklim jangka pendek dari proses produksi baja global.
Temuan ini menambah tekanan bagi pemerintah Australia maupun industri baja internasional untuk segera mengambil langkah nyata. Transparansi pelaporan emisi, investasi pada teknologi rendah karbon, serta pengelolaan metana menjadi kunci untuk menekan dampak iklim. Tanpa tindakan cepat, emisi tersembunyi dari batu bara Australia akan terus memperparah krisis iklim dan menghambat target pengurangan emisi global.