PT Pertamina (Persero) memproyeksikan sebanyak 17 kilang minyak di berbagai belahan dunia akan berhenti beroperasi menjelang tahun 2030. Prediksi ini muncul di tengah kondisi harga minyak mentah dunia yang terus melemah akibat over supply dalam beberapa waktu terakhir.
Wakil Direktur Utama Pertamina, Oki Muraza, menjelaskan bahwa penurunan harga minyak tidak hanya menekan kinerja bisnis di sektor hulu, tetapi juga memberikan dampak serius terhadap industri pengolahan minyak global. Situasi ini membuat sejumlah perusahaan besar harus meninjau ulang strategi operasional mereka.
Menurut Oki, tren pelemahan harga minyak telah menggerus profitabilitas beberapa raksasa energi dunia, termasuk BP, Total Energies, dan Chevron. Kondisi tersebut memicu tantangan besar bagi perusahaan migas internasional dalam menjaga keberlanjutan bisnis di tengah dinamika pasar energi global.
Fenomena penutupan kilang ini mencerminkan tantangan yang dihadapi industri migas global di era transisi energi. Selain tekanan harga, meningkatnya pergeseran menuju energi terbarukan juga mendorong perusahaan migas untuk beradaptasi melalui diversifikasi bisnis dan investasi teknologi rendah karbon.
Pertamina menilai penutupan kilang minyak dunia menjadi sinyal penting bagi industri migas untuk segera bertransformasi. Dengan ketidakpastian harga minyak mentah, inovasi dan langkah strategis menuju energi yang lebih bersih dinilai menjadi kunci agar industri tetap relevan dalam jangka panjang.