Exxon Mobil Corp. memproyeksikan bahwa kebutuhan energi dunia akan terus meningkat hingga tahun 2050. Perusahaan menilai permintaan tersebut “tidak akan berubah secara material” meski ada dorongan global menuju energi terbarukan. Faktor utama pendorong peningkatan konsumsi energi adalah pertumbuhan populasi serta naiknya standar hidup di negara berkembang.
Meskipun transisi energi bersih terus didorong, ExxonMobil memperkirakan minyak, gas, dan batu bara masih akan mendominasi pasokan energi global. Infrastruktur yang ada serta kebutuhan besar di sektor transportasi dan industri membuat bahan bakar fosil sulit tergantikan dalam waktu dekat. Untuk itu, ExxonMobil berencana menggandakan penjualan gas alam cair (LNG) pada 2030, sekaligus meningkatkan investasi besar di sektor minyak, termasuk di Guyana dan Permian Basin.
Peralihan menuju energi terbarukan masih menghadapi hambatan besar, mulai dari biaya yang tinggi, keterbatasan teknologi, hingga kurangnya dukungan kebijakan. Meski energi surya dan angin terus berkembang, kontribusinya terhadap total pasokan energi global masih relatif kecil. ExxonMobil menekankan pentingnya pengembangan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) untuk menekan dampak lingkungan dari penggunaan bahan bakar fosil.
Ketergantungan pada bahan bakar fosil memberi dampak ganda. Di satu sisi, energi tersebut menopang pertumbuhan ekonomi dan pembangunan global. Namun di sisi lain, emisi gas rumah kaca yang dihasilkan menjadi kontributor utama perubahan iklim. ExxonMobil menegaskan perlunya keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan energi dan perlindungan lingkungan.
Untuk menjawab tantangan tersebut, ExxonMobil menyiapkan strategi jangka panjang dengan fokus ganda: memperluas bisnis bahan bakar fosil sambil berinvestasi pada penelitian energi bersih, peningkatan efisiensi, serta pengurangan emisi dari operasionalnya. Perusahaan percaya bahwa pendekatan ini dapat menjembatani kebutuhan energi global dengan agenda keberlanjutan.
Laporan ExxonMobil menegaskan bahwa bahan bakar fosil akan tetap memegang peran penting hingga 2050, meskipun teknologi energi terbarukan berkembang pesat. Dengan rencana ekspansi besar pada LNG dan minyak, ExxonMobil menempatkan diri di garis depan pemenuhan permintaan energi dunia, sambil tetap menghadapi tekanan untuk mengurangi dampak lingkungannya.