Ketegangan antara Rusia dan Ukraina kembali meningkat setelah Kyiv mengklaim bertanggung jawab atas serangan drone yang menghantam infrastruktur energi di Rusia pada Sabtu (20/9/2025). Serangan ini disebut sebagai bagian dari strategi Ukraina untuk menekan pendapatan ekspor Rusia sekaligus mengganggu bisnis minyak negara tersebut.
Menurut seorang sumber di Dinas Keamanan Ukraina, pasukan Kyiv menargetkan sejumlah stasiun pompa di sepanjang jalur pipa utama yang mengalirkan minyak mentah ke pelabuhan Laut Hitam Novorossiysk. Fasilitas strategis ini berada sekitar 1.700 kilometer dari kota pelabuhan tersebut, sehingga menimbulkan gangguan operasional pada infrastruktur energi Rusia.
Pemerintah Rusia menanggapi insiden ini dengan meningkatkan langkah pengamanan di sekitar fasilitas energi penting. Kremlin menyebut serangan tersebut sebagai provokasi serius yang mengancam stabilitas regional. Moskow juga menegaskan bahwa opsi balasan akan dipertimbangkan demi melindungi kepentingan nasional.
Bagi Ukraina, serangan ini dipandang sebagai upaya untuk melemahkan kemampuan Rusia dalam mendanai operasi militernya. Dengan menargetkan infrastruktur minyak yang menjadi salah satu sumber utama pendapatan ekspor, Kyiv berusaha memperkecil ruang gerak Rusia dalam konflik yang masih berlangsung.
Selain memperburuk ketegangan kedua negara, serangan ini juga memicu kekhawatiran di pasar energi global. Gangguan terhadap pasokan minyak dari Rusia berpotensi mendorong kenaikan harga minyak mentah dunia, sehingga menambah tekanan pada ekonomi global yang rentan terhadap fluktuasi energi.
Serangan drone Ukraina yang menargetkan jalur pipa menuju Novorossiysk menandai eskalasi baru dalam konflik dengan Rusia. Dengan implikasi langsung terhadap pendapatan ekspor Rusia dan potensi guncangan di pasar minyak dunia, perkembangan ini menjadi sorotan utama dalam dinamika geopolitik dan energi internasional.
