Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) tengah berupaya mempercepat proses divestasi operator Blok Tuna di lepas pantai Natuna utara. Keterlambatan ini disebabkan oleh negosiasi antara Harbour Energy (Inggris) dan Zarubezhneft (Rusia) yang hingga kini belum mencapai kesepakatan final.
Kepala Divisi Prospektivitas Migas dan Manajemen Data Wilayah Kerja SKK Migas, Asnidar, menyatakan bahwa lembaganya terus memantau diskusi bisnis antara kedua perusahaan. Meskipun target penyelesaian divestasi seharusnya sudah tercapai bulan lalu, prosesnya terus molor. SKK Migas mendesak percepatan ini demi menjaga jadwal pengembangan blok, yang berpotensi memiliki cadangan gas antara 100—150 MMSCFD.
Pengembangan Blok Tuna terhambat karena sanksi yang dikenakan terhadap Rusia akibat invasi ke Ukraina. Sanksi ini mempersulit Zarubezhneft dalam mendapatkan pembiayaan, sehingga konsorsium belum bisa meneken Keputusan Investasi Akhir (Final Investment Decision/FID) yang seharusnya sudah dilakukan sejak Plan of Development (PoD) disetujui pada Desember 2022.
Sebagai solusi, opsi farm out atau penjualan hak partisipasi salah satu mitra menjadi pilihan utama. Harbour Energy sendiri sudah mengundur target FID hingga tahun 2025. Akibat kendala ini, proyek yang awalnya ditargetkan berproduksi pada 2026, kini berpotensi mundur ke tahun 2027.
