Seorang pakar energi dari UGM, Fahmy Radhi, berpendapat bahwa negosiasi harga BBM antara Pertamina dan SPBU swasta kemungkinan besar tidak akan berhasil. Ia menjelaskan bahwa Pertamina akan mengambil keuntungan saat mengimpor dan menjual base fuel ke SPBU swasta, yang akan membuat harganya lebih tinggi dibandingkan jika SPBU swasta mengimpornya sendiri. Hal ini dapat mengikis margin keuntungan SPBU swasta.
Menurut Fahmy, kebiasaan SPBU swasta seperti Shell adalah mengimpor BBM langsung atau membelinya dari induk perusahaan mereka untuk mendapatkan harga yang lebih kompetitif. Jika mereka harus membeli dari Pertamina, kebiasaan ini akan hilang dan biaya operasional mereka akan meningkat, yang bisa mengarah pada kerugian dan bahkan membuat mereka hengkang dari bisnis ini di Indonesia.
Di sisi lain, Pertamina Patra Niaga mengumumkan bahwa kargo base fuel untuk SPBU swasta sudah tiba di Jakarta. Mereka menawarkan mekanisme penyediaan pasokan sesuai prosedur dan berharap ada kolaborasi yang baik dari para operator SPBU swasta. Walaupun begitu, beberapa SPBU swasta masih memerlukan waktu untuk berkoordinasi dengan kantor pusat mereka. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia sebelumnya menyatakan bahwa SPBU swasta sepakat untuk membeli BBM dari Pertamina, dan Pertamina akan mengimpor base fuel murni untuk memenuhi kebutuhan mereka hingga akhir tahun, mengingat sisa kuota impor Pertamina masih cukup.
