Janji Menteri ESDM Bahlil Lahadalia agar stok bahan bakar minyak (BBM) di SPBU swasta kembali normal pekan ini diperkirakan akan meleset. Menurut praktisi migas, penyebab utamanya adalah base fuel atau bensin mentah yang diimpor oleh Pertamina masih harus melalui proses blending (pembauran) dengan zat aditif, yang memerlukan waktu.
Direktur Utama PT Petrogas Jatim Utama Cendana, Hadi Ismoyo, menjelaskan bahwa proses ini bisa memakan waktu beberapa hari. Selain itu, belum ada kepastian apakah operator SPBU swasta memiliki fasilitas blending sendiri atau harus menyewa dari pihak ketiga, yang dapat memperlambat proses.
Faktor Penghambat Ketersediaan BBM
- Proses Blending: Meskipun base fuel impor telah tiba, BBM tersebut tidak bisa langsung dijual. Bahan bakar harus melalui proses pembauran dengan zat aditif, yang membutuhkan waktu dan fasilitas khusus.
- Masalah Negosiasi: Beberapa perusahaan swasta, seperti BP-AKR, masih dalam tahap negosiasi dengan Pertamina terkait pembelian BBM. Proses ini menghambat distribusi karena belum ada kesepakatan jual-beli yang final.
- Keterlambatan Koordinasi: Pertamina Patra Niaga (PPN) menyatakan bahwa beberapa operator swasta masih memerlukan waktu untuk berkoordinasi dengan kantor pusat mereka sebelum dapat menyerahkan permintaan kuota tambahan.
Hadi Ismoyo memprediksi bahwa pasokan BBM di SPBU swasta kemungkinan baru akan kembali normal pada awal tahun depan jika kesepakatan jual-beli dengan Pertamina tidak tercapai. Di sisi lain, Bahlil tetap yakin stok akan kembali tersedia karena perusahaan swasta telah setuju untuk membeli BBM dari Pertamina.