PT Pertamina Patra Niaga (PPN) mengonfirmasi bahwa PT Aneka Petroindo Raya (APR), operator stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) BP-AKR, telah menyerap 100.000 barel bahan bakar minyak (BBM) dasaran atau base fuel melalui impor. Impor ini dilakukan secara khusus untuk memenuhi kebutuhan pasokan perusahaan tersebut.
Roberth MV Dumatubun, Pj. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, menyatakan bahwa impor 100.000 barel BBM dasaran ini merupakan hasil pengadaan khusus antara Pertamina dan APR. “Ya betul sejumlah 100.000 barel MB yang didatangkan melalui impor dengan pengadaan khusus antara Pertamina dengan APR,” ujarnya saat dimintai konfirmasi, Senin (3/11/2025).
Roberth menjelaskan bahwa base fuel yang dipasok ke BP-AKR telah melewati berbagai tahapan sesuai dengan prinsip good corporate governance (GCG). Proses tender penyuplai dilakukan dengan menerapkan aspek GCG dan konfirmasi berulang dengan PT APR. Selain itu, pelaksanaan joint surveyor dan mekanisme open book untuk negosiasi aspek komersial juga telah terpenuhi.
Dengan terpenuhinya seluruh tahapan tersebut, Roberth memastikan bahwa BBM dasaran yang dipasok ke APR telah memenuhi seluruh persyaratan dari APR sebagai bentuk komitmen tindak lanjut atas arahan pemerintah. “Kami terus berupaya memastikan pasokan BBM tetap aman, berkualitas, dan mudah dijangkau oleh semua,” tambahnya.
Di sisi lain, Roberth menyatakan bahwa hingga saat ini belum ada badan usaha (BU) hilir migas swasta lainnya yang mengajukan permintaan pengadaan bahan bakar dasaran dari Pertamina Patra Niaga, selain BP-AKR. Dia menilai hal tersebut merupakan kewenangan masing-masing BU swasta untuk menjelaskan alasan di balik keputusan mereka.
Presiden Direktur BP-AKR, Vanda Laura, memastikan bahwa konsumen tidak perlu khawatir dengan kualitas BBM yang mereka jual. Meskipun pasokan utamanya kini berasal dari pembelian melalui mekanisme business to business (B2B) dengan Pertamina Patra Niaga, BP-AKR menjamin bahwa base fuel RON 92 impor telah melalui serangkaian proses uji kualitas yang ketat. Proses ini melibatkan pengawasan dari surveyor independen yang tepercaya.
Pengadaan base fuel impor melalui B2B dengan anak usaha Pertamina ini dilakukan BP-AKR untuk menormalkan kembali pasokan BBM, khususnya untuk produk unggulan mereka, BP 92 dengan teknologi ACTIVE. Ketersediaan produk ini sempat terkendala dan kini telah kembali di seluruh jaringan SPBU BP di Jabodetabek, Jawa Barat, dan secara bertahap di Jawa Timur.
Pengadaan base fuel impor tersebut merupakan solusi sementara untuk keberlanjutan usaha yang diambil BP-AKR secara hati-hati, terukur, dan bertanggung jawab. Hal ini dilakukan demi menjaga kelancaran pasokan di lapangan dan memastikan seluruh SPBU BP dapat melayani masyarakat.
Tahun ini, pemerintah mempersingkat durasi izin impor BBM oleh BU swasta menjadi 6 bulan dari biasanya 1 tahun. Dalam durasi yang singkat tersebut, SPBU swasta diberi kuota impor periode 2025 sebanyak 10% lebih banyak dari realisasi tahun lalu. Namun, saat realisasi impor telah terpenuhi lebih cepat akibat tingginya permintaan BBM di SPBU swasta, Kementerian ESDM menolak untuk memberikan tambahan rekomendasi kuota impor, sehingga menyebabkan gangguan pasok di hampir seluruh jaringan SPBU swasta.
Sebagai jalan tengah, Bahlil mengambil kebijakan agar pemenuhan kebutuhan BBM untuk SPBU swasta akan dilakukan oleh Pertamina melalui impor dalam format base fuel, atau BBM dasaran tanpa ada campuran bahan aditif. PPN sendiri sebelumnya telah melakukan impor BBM dasaran atau base fuel sebanyak 200.000 barel lewat dua kali pembelian. BBM dasaran itu rencananya akan disalurkan ke sejumlah operator SPBU swasta untuk menambal kelangkaan bensin.
Dengan langkah-langkah strategis ini, BP-AKR dan Pertamina Patra Niaga berkomitmen untuk memastikan pasokan BBM yang aman dan berkualitas bagi masyarakat Indonesia.
