Sebuah surat kabar Amerika, mengutip seorang pejabat Zionis, melaporkan bahwa Yaman memiliki kemajuan yang lebih maju dalam teknologi militer daripada yang dibayangkan banyak orang, dan mereka tidak boleh diremehkan. Laporan ini menyoroti bahwa kemampuan militer Yaman telah berkembang pesat, menjadikannya ancaman yang signifikan.
Baru-baru ini, Yaman telah meningkatkan serangan mereka terhadap posisi-posisi di wilayah pendudukan, yang menyebabkan jutaan warga Israel harus mengungsi ke tempat perlindungan hampir setiap malam, seperti yang dilaporkan oleh Washington Post. Serangan ini menunjukkan intensitas dan keberanian Yaman dalam menghadapi kekuatan militer yang lebih besar.
Washington Post juga mengutip para ahli militer yang menyatakan bahwa drone dan rudal Yaman mampu menembus sistem pertahanan udara Israel. Ini menunjukkan bahwa teknologi militer Yaman telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan bagi keamanan Israel, menantang dominasi pertahanan udara yang selama ini diandalkan.
Laporan dari surat kabar Amerika ini muncul bersamaan dengan pengumuman Gedung Putih bahwa Yaman masih dianggap sebagai ancaman nyata dan saat ini bagi Israel. Seorang pejabat Gedung Putih menambahkan, “Kami percaya bahwa serangan Houthi terhadap pasukan kami akan terus berlanjut dan kami akan melanjutkan serangan kami selama mereka memiliki kemampuan yang dapat digunakan.”
Yaman secara terbuka menyatakan dukungannya untuk perjuangan Palestina melawan pendudukan Israel sejak rezim tersebut melancarkan perang yang menghancurkan di Gaza pada 7 Oktober. Serangan balasan mendadak oleh gerakan Perlawanan Palestina, yang disebut Operasi Badai Al-Aqsa, menjadi titik balik dalam konflik ini.
Pasukan Bersenjata Yaman menyatakan bahwa mereka tidak akan menghentikan serangan mereka sampai serangan darat dan udara Israel yang tak henti-hentinya di Gaza, yang telah menewaskan setidaknya 27.948 orang dan melukai 67.459 lainnya, berakhir. Komitmen ini menunjukkan tekad Yaman untuk terus mendukung Palestina hingga tercapainya keadilan.
Pada bulan Desember, Amerika Serikat dan Inggris mengumumkan pembentukan koalisi militer untuk menargetkan Yaman dalam mendukung Israel. Langkah ini menunjukkan eskalasi lebih lanjut dalam konflik, dengan keterlibatan kekuatan internasional yang semakin dalam. Koalisi ini menandakan bahwa situasi di Timur Tengah semakin kompleks dan memerlukan perhatian global.