INFOENERGI.ID – Jakarta – Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mengungkapkan bahwa gangguan pasokan bahan bakar minyak (BBM) di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Shell disebabkan oleh peningkatan permintaan yang signifikan dari konsumen. Anggota Komite BPH Migas, Saleh Abdurrahman, menjelaskan bahwa meskipun stok BBM Shell masih tersedia di terminal bahan bakar minyak (TBBM), lonjakan permintaan ini menjadi tantangan tersendiri bagi Shell.
Saleh menambahkan bahwa Shell sedang berusaha keras untuk memenuhi permintaan yang meningkat tersebut. “Kami berharap Shell dapat segera menyelesaikan isu gangguan pasokan BBM di SPBU-nya, terutama karena periode puncak konsumsi Ramadan-Idulfitri (Rafi) sudah semakin dekat,” ujarnya pada Rabu (26/3/2025).
Ingrid Siburian, President Director & Managing Director Mobility Shell Indonesia, menegaskan bahwa perusahaan terus berupaya mengisi produk BBM di jaringan SPBU Shell untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. “Shell Indonesia berkomitmen untuk terus menerapkan standar keselamatan terbaik, termasuk dalam mendistribusikan produk BBM ke seluruh SPBU Shell,” kata Ingrid pada Selasa (25/3/2025).
Dalam beberapa hari terakhir, SPBU Shell menjadi sorotan di media sosial. Sejumlah warganet mengeluhkan kekosongan stok BBM di beberapa SPBU Shell, mirip dengan kejadian pada Februari 2025. Pemilik akun @vetubii_ di media sosial X melaporkan bahwa beberapa lokasi SPBU kosong secara bersamaan, seperti di Sunter, Jati Asih, dan Pluit.
Gangguan pasokan BBM di SPBU Shell bukanlah hal baru. Pada awal Februari tahun ini, Shell juga mengalami masalah serupa. Ingrid menjelaskan bahwa kelangkaan BBM di SPBU Shell disebabkan oleh kondisi stock out untuk semua varian produk bensin RON 92, RON 95, dan RON 98, serta solar CN51 sejak Januari 2025. Keterlambatan pengiriman stok BBM akibat gangguan suplai menjadi salah satu penyebab utama.
Ingrid mengungkapkan bahwa hambatan tersebut berada di luar kendali Shell, namun perusahaan telah berupaya mengajukan permohonan neraca komoditas ke Kementerian ESDM untuk 2025 sebagai dasar mendapatkan persetujuan impor pada September 2024. Sayangnya, persetujuan neraca komoditas baru diterima pada 20 Januari 2025, dan persetujuan impor dari Kementerian Perdagangan baru dikantongi pada 23 Januari 2025.
Meskipun menghadapi tantangan, Shell telah berupaya memitigasi masalah dengan membagi stok BBM untuk SPBU di setiap daerah agar tidak terjadi kehabisan pasokan. Ingrid menyebut bahwa 25% dari SPBU Shell saat itu sudah kehabisan stok BBM untuk beberapa varian, namun langkah-langkah mitigasi terus dilakukan untuk mengatasi situasi ini.
Gangguan pasokan BBM di SPBU Shell menjadi tantangan yang harus dihadapi dengan strategi yang tepat. Dengan komitmen dan upaya yang dilakukan oleh Shell Indonesia, diharapkan masalah ini dapat segera teratasi, terutama menjelang periode puncak konsumsi Ramadan-Idulfitri. Koordinasi yang baik antara pihak terkait dan penanganan yang cepat menjadi kunci dalam memastikan ketersediaan BBM bagi konsumen di seluruh Indonesia.