INFOENERGI.ID – Surakarta – Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Putri Cempo, yang dioperasikan oleh PT Solo Citra Metro Plasma Power, menjadi sorotan sebagai solusi inovatif dalam mengatasi masalah sampah di Kota Surakarta. PLTSa ini memanfaatkan sampah yang dikelola oleh masyarakat sebagai bahan bakar, menggunakan teknologi gasifikasi plasma untuk mengubah sampah rumah tangga menjadi energi listrik yang ramah lingkungan.
Sampah, termasuk plastik, dikeringkan dan diolah menjadi briket. Briket ini kemudian dipanaskan pada suhu tinggi untuk menghasilkan gas sintetik (syngas), yang digunakan untuk menggerakkan mesin pembangkit listrik. Teknologi ini tidak hanya mengurangi volume sampah, tetapi juga menghasilkan energi bersih.
Dalam kunjungan ke PLTSa Putri Cempo, Executive Vice President Aneka Energi Baru Terbarukan PT PLN (Persero), Zainal Arifin, bersama General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Timur dan Bali I, Njoman Surjana D, menyaksikan langsung proses konversi sampah menjadi energi listrik. Kunjungan ini diterima dengan baik oleh General Manager PT Solo Citra Metro Plasma Power, Roland Pakpahan.
Zainal Arifin menegaskan komitmen PT PLN (Persero) untuk membantu menyelesaikan masalah sampah yang telah mencapai tahap darurat. “Kami meninjau PLTSa Putri Cempo di Solo sebagai bagian dari upaya menyelesaikan isu nasional terkait sampah. Meskipun PLN telah mendukung melalui pembelian tenaga listrik sesuai tarif pemerintah, dukungan pemerintah daerah sangat diperlukan untuk mengolah sampah menjadi feedstock yang siap digunakan sebagai bahan bakar,” ujar Zainal.
Pengoperasian PLTSa Putri Cempo menghadapi beberapa kendala, terutama dalam proses pemilahan sampah (waste processing) yang memerlukan spesifikasi khusus, seperti kadar air maksimal 20 persen. Roland Pakpahan menjelaskan bahwa untuk mencapai standar ini, diperlukan penanganan khusus sebelum sampah dapat diolah menjadi bahan baku listrik.
“Sampai saat ini, kami belum mencapai 100 persen karena terkendala di waste processing. Gasifikasi untuk listrik tidak masalah, tetapi pemilahan sampah memerlukan waktu lama,” jelas Roland. Di beberapa tempat, RDF (Refuse Derived Fuel) dengan kadar air sekitar 40 persen digunakan sebagai bahan bakar alternatif, namun PLTSa Putri Cempo harus melakukan pendekatan berbeda.
PT PLN (Persero) berharap proyek ini dapat berjalan dengan baik dan memberikan kontribusi signifikan dalam menyediakan energi listrik sekaligus menyelesaikan masalah sampah. Zainal Arifin menekankan pentingnya kolaborasi teknologi dan model bisnis yang tepat agar semua pihak yang terlibat mendapatkan manfaat yang sesuai.
Diharapkan, PLTSa Putri Cempo dapat menjadi solusi alternatif dalam mengatasi masalah sampah yang menjadi isu besar di Surakarta. Kolaborasi antara pemerintah, pengembang, dan masyarakat sangat diperlukan agar pengembangan PLTSa ini dapat berjalan optimal dan mengurai permasalahan sampah di masa depan. Dengan dukungan yang tepat, PLTSa Putri Cempo berpotensi menjadi model pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan ramah lingkungan di Indonesia.
