Sebagai negara kepulauan dengan potensi energi terbarukan yang melimpah, Indonesia tengah mengambil langkah besar untuk mewujudkan kemandirian energi. Pemerintah berencana membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan total kapasitas 100 gigawatt (GW) yang tersebar di seluruh Indonesia, sebagai bagian dari strategi jangka panjang menuju energi bersih dan berkelanjutan.
Letak geografis Indonesia di sekitar garis khatulistiwa menjadikannya memiliki intensitas sinar matahari yang tinggi sepanjang tahun, dengan rata-rata penyinaran sekitar 4,8 kWh/m² per hari. Potensi ini menjadi dasar kuat dalam pengembangan energi surya, terutama melalui PLTS, guna mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan menurunkan emisi karbon secara signifikan.
Program ini mencakup pembangunan 80 GW PLTS beserta sistem penyimpanan energi baterai atau Battery Energy Storage System (BESS) berkapasitas 320 GWh, yang akan dikelola oleh Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) dan tersebar di 80 ribu desa. Sementara itu, 20 GW sisanya akan dibangun dalam bentuk PLTS terpusat. Inisiatif ini dirancang tidak hanya untuk memperkuat ketahanan energi nasional, tetapi juga memperluas akses energi bersih hingga ke wilayah pelosok.
Proyek PLTS 100 GW diproyeksikan membawa dampak positif yang luas. Di sisi ekonomi, pembangunan ini akan membuka banyak lapangan kerja, mempercepat pertumbuhan industri energi baru terbarukan, dan mendorong aktivitas ekonomi lokal. Di sisi lingkungan, pemanfaatan energi matahari akan secara signifikan mengurangi emisi gas rumah kaca, mendukung komitmen Indonesia dalam menghadapi krisis iklim global.
Meski memiliki prospek besar, pengembangan PLTS skala masif ini juga menghadapi sejumlah tantangan, seperti kebutuhan pendanaan yang besar dan keterbatasan infrastruktur. Untuk itu, pemerintah aktif menjalin kemitraan dengan sektor swasta dan lembaga internasional guna memastikan kelancaran pembiayaan dan transfer teknologi.
Institute for Essential Services Reform (IESR) menyambut baik program ini karena sejalan dengan visi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto untuk memperluas akses energi bersih, merata, dan terjangkau hingga ke seluruh pelosok negeri. Jika terlaksana dengan baik, proyek ini akan menjadi pilar utama dalam transisi energi nasional sekaligus mendorong Indonesia menjadi negara yang mandiri dan berdaulat secara energi.